Rabu, 24 Agustus 2011

GUGURNYA DOSA BERSAMA TETESAN AIR WUDLU

Abu Nadjih (Amru) bin Abasah Assulamy r.a berkata : Pada masa Jahiliyah, saya
merasa bahwa semua manusia dalam kesesatan, karena mereka menyembah berhala.
Kemudian saya mendengar berita ; Ada seorang di Mekkah memberi ajaran-ajaran yang
baik. Maka saya pergi ke Mekkah, di sana saya dapatkan Rasulullah S.A.W masih
sembunyi-sembunyi, dan kaumnya sangat congkak dan menentang padanya.
Maka saya berdaya-upaya hingga dapat menemuinya, dan bertanya kepadanya : Apakah
kau ini ?
Jawabnya : Saya Nabi.
Saya tanya : Apakah nabi itu ?
Jawabnya : Allah mengutus saya.
Diutus dengan apakah ?
Jawabnya : Allah mengutus saya supaya menghubungi famili dan menghancurkan berhala,
dan meng-Esa-kan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Saya bertanya : Siapakah yang telah mengikuti engkau atas ajaran itu ?
Jawabnya : Seorang merdeka dan seorang hamba sahaya ( Abubakar dan Bilal ).
Saya berkata : Saya akan mengikuti kau.

Jawabnya : Tidak dapat kalau sekarang, tidakkah kau perhatikan keadaan orang-orang
yang menentang kepadaku, tetapi pulanglah kembali ke kampung, kemudian jika telah
mendengar berita kemenanganku, maka datanglah kepadaku.
Maka segera saya pulang kembali ke kampung, hingga hijrah Rasulullah S.A.W ke Madinah,
dan saya ketika itu masih terus mencari berita, hingga bertemu beberapa orang dari
familiku yang baru kembali dari Madinah, maka saya bertanya : Bagaimana kabar orang
yang baru datang ke kota Madinah itu ?
Jawab mereka : Orang-orang pada menyambutnya dengan baik, meskipun ia akan dibunuh
oleh kaumnya, tetapi tidak dapat. Maka berangkatlah saya ke Madinah dan bertemu pada
Rasulullah S.A.W .
Saya berkata : Ya Rasulullah apakah kau masih ingat pada saya ?
Jawabnya : Ya, kau yang telah menemui saya di Mekkah.
Lalu saya berkata : Ya Rasulullah beritahukan kepada saya apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu dan belum saya ketahui. Beritahukan kepada saya tentang shalat ?
Jawab Nabi : Shalatlah waktu Shubuh, kemudian hentikan shalat hingga matahari naik
tinggi sekadar tombak, karena pada waktu terbit matahari itu seolah-olah terbit di
antara dua tanduk syaitan, dan ketika itu orang-orang kafir menyembah sujud kepadanya.
Kemudian setelah itu kau boleh shalat sekuat tenagamu dari sunnat, karena shalat itu
selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga matahari tegak di tengah-tengah, maka di
situ hentikan shalat karena pada saat itu dinyalakan Jahannam, maka bila telah telingsir
dan mulai ada bayangan, shalatlah, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri
Malaikat, hingga shalat Asar. Kemudian hentikan shalat hingga terbenam matahari,
karena ketika akan terbenam matahari itu seolah-olah terbenam di antara dua tanduk
syaithan dan pada saat itu bersujudlah orang-orang kafir.
Saya bertanya : Ya Nabiyullah : Ceriterakan kepada saya tentang wudlu' !
Bersabda Nabi : Tiada seorang yang berwudlu' lalu berkumur dan menghirup air,
kemudian mengeluarkannya dari hidungnya melainkan keluar semua dosa-dosa dari mulut
dan hidung. Kemudian jika ia membasuh mukanya menurut apa yang diperintahkan Allah,
jatuhlah dosa-dosa mukanya dari ujung jenggotnya bersama tetesan air.
Kemudian bila membasuh kedua tangan sampai kedua siku, jatuhlah dosa-dosa dari ujung
jari-jarinya bersama tetesan air. Kemudian mengusap kepala maka jatuh semua dosa dari
ujung rambut bersama tetesan air, kemudian membasuh dua kaki ke matakaki, maka
jatuhlah semua dosa kakinya dari ujung jari bersama tetesan air.
Maka bila ia shalat sambil memuja dan memuji Allah menurut lazimnya, dan
membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, maka keluar dari semua dosanya
bagaikan lahir dari perut ibunya " ( HR. Muslim )
Ketika Amru bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, oleh Abu
Umamah ditegur : Hai Amru bin Abasah perhatikan keteranganmu itu, masakan dalam
satu perbuatan orang diberi ampun demikian rupa. Jawab Amru : Hai Abu Umamah, telah tua usiaku, dan rapuh tulangku, dan hampir ajalku, dan tiada kepentingan bagiku untuk
berdusta terhadap Allah atau Rasulullah S.A.W .
Andaikan saya tidak mendengar dari Rasulullah, hanya satu dua atau tiga empat kali, atau
lima enam tujuh kali tidak akan saya ceritakan, tetapi saya telah mendengar lebih dari itu
" ( HR. Muslim )

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

KISAH RAHASIA DIBALIK SHALAT LIMA WAKTU

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Sewaktu Rasullullah S.A.W duduk bersama para
sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orangorang
Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimatkalimat
yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa a.s. yang tidak diberikan
kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.'
Lalu Rasullullah S.A.W bersabda, 'Silakan bertanya.'
Berkata orang Yahudi, 'Sila terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.' Sabda Rasullullah S.A.W , 'Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah
segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s.
memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam
a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa
meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat
Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah
sebelum terbit matahari. Ini karena apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua
tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W , lalu mereka berkata,
'Memang benar apa yang kamu katakana itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah
pahala yang akan didapati oleh orang yang shalat.'
Rasullullah S.A.W bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang
pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin
yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya wap api neraka
Jahanam pada hari Kiamat.
Sabda Rasullullah S.A.W lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s.
memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan
diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'
Selepas itu Rasullullah S.A.W membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktu-waktu
shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana
taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat
Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'
Sabda Rasullullah S.A.W , 'Shalat Isyak (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap
dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang
gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah SWT haramkan dirinya
daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi
Titian Sirath.'
Sabda Rasullullah S.A.W seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang
mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh
Allah SWT dua kebebasan iaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah S.A.W , maka mereka
berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W ). Kini
katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah SWT mewajibkan puasa 30 hari ke
atas umatmu ?
Sabda Rasullullah S.A.W , 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang,
lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah
SWT mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.
Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah SWT kepada
makhluk-Nya.'
Kata orang Yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu.
Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa
itu.'
Sabda Rasullullah S.A.W , 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan
ikhlas kepada Allah SWT, dia akan diberikan oleh Allah SWT 7 perkara:
1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada
makanan yang haram).
2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah SWT pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah SWT akan memberinya kemudian di syurga.'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami
kelebihanmu di antara semua para nabi.'
Sabda Rasullullah S.A.W , 'Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk
membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan
memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui
dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa
tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).'
Sedikit peringatan untuk kita semua: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cubaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat
155)
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286)

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir, akan
datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt.
Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang
disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. dalam surah itu, digambarkan bahwa
tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka
merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi.
Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.
Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah
pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama,
mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari
apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan
agama Allah."
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari
Kiamat ? Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar
hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut
malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah
rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca
itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di
dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan
ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat
yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya
dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad
kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan
air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt.
Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali
kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti
itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita
ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di
Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang
itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh
perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".
Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya.
Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya
dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.
Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah.
Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan
menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari
Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari
Kiamat nanti.

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

BILA AJAL MULAI MENDEKAT


Baginda Rasullullah S.A.W berkata : Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka
akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan
kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai
kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari
lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan
malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan
kemudiannya mereka keluar.
Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari
dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu."
Sambung Rasullullah S.A.W. lagi: "Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka
malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang
yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu
melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah
karena sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail
A.S." Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail A.S. akan menebarkan sayap
disebelah kiri. Maka orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di neraka dan
dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah karena
terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya. Dari sebuah hadis bahwa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut
nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh
orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu
dengan berkata: "Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini karena
orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah S.W.T." Setelah malaikat
maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah S.W.T. dan
menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman
yang bermaksud: "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain." Sebaik
saja malaikat maut mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut pun cuba
mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan
orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu.
Maka berkata tangan: "Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari
arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak
yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan."
Oleh karena malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan
maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal
melakukan sebab kaki berkata:"Tidak ada jalan bagimu dari arah ini karena kaki ini
sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga
berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu." Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh org
mukmin dari arah kaki,maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja
malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: "Tidak ada jalan bagimu
dari arah ini karena telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir." Akhir
sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja
hendak menghampiri mata maka berkata mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini
sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa
menangis karena takutkan Allah." Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah
S.W.T. Kemudian Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: "Wahai malaikatKu, tulis
AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu."
Sebaik saja mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh
orang itu dan menunjukkan Asma Allah S.W.T. Sebaik saja melihat Asma Allah dan
cintanya kepada Allah S.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan
tenang. Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari
jasad.
Maka berkata Abu Bakar R.A: "Roh itu menuju ketujuh tempat:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di
langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta
jasad-nya hingga sampai hari Kiamat."
Telah bersabda Rasullullah S.A.W :
"Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka
keluar dari kuburnya :
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.
Insya Allah kita termasuk kelompok yang tersebut diatas Amin ya robbal 'Alamiin

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

PANGGILAN TERHADAP MAYAT

DALAM suatu riwayat disebutkan, tatkala roh berpisah dari tubuh, maka ia dipanggil
dari langit dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam !!!
Apakah kamu meninggalkan dunia, atau dunia yang meninggalkan kamu ?
Apakah kamu mengumpulkan dunia, atau dunia mengumpulkan kamu ?
Apakah kamu mematikan dunia, atau dunia mematikan kamu ?
Jika mayat diletakkan di tempat untuk dimandikan, maka ia dipanggil tiga kali teriakan:
Wahai anak Adam!!!
Dimanakah tubuhmu yang kuat, bukankah sekarang ini kamu menjadi lemah ?
Dimana mulutmu yang bijak, bukankah sekarang kamu diam ?
Dimana kekasihmu, bukankah mereka sekarang mengasingkan kamu?
Dikala mayat diletakkan di tempat kafan, ia dipanggil tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam!!!
Pergilah kamu ketempat yang jauh ke tanpa membawa bekal!
Keluarlah kamu dari rumahmu, dan tidak usah kembali!
Naiklah kuda, dan kamu tidak akan naik seperti itu selamanya, kamu akan menjadi sesuatu
di dalam rumah yang penuh kesedihan!
Sewaktu mayat itu dipikul diatas usungan, ia dipanggil tiga kali jeritan:
"Wahai anak Adam!!!
Sangat berbahagialah kamu jika kamu termasuk orang yang bertaubat.
Sangat berbahagialah kamu jika amal kamu baik.
Sangat berbahagialah kamu jika sahabatmu dalam keridhaan Allah, dan alangkah
celakanya kamu jika para sahabatmu orang yang dimurkai Allah."
Sewaktu mayat diletakkan untuk disholatkan, maka ia dipanggil tiga kali teriakan:
Wahai anak Adam!!!
Segala amal yang telah kamu lakukan akan kamu lihat!
Jika amal perbuatanmu baik, maka kamu akan melihat baik!
Jika amal perbuatanmu buruk, kamu pun akan melihat buruk!"
Kemudian apabila mayat sudah berada di tepi kubur, maka ia dipanggil lagi tiga kali
teriakan:
"Wahai anak Adam!!!
Bukankah kamu menambahkan damai pada tempat yang sempit ini ?
Bukankah kamu membawa kekayaan di tempat kekafiran ini ?
Bukankah kamu membawa penerang ditempat yang gelap ini ?
Dan jika mayat diletakkan pada liang kubur, maka iapun dipanggil dengan tiga kali jeritan:
Wahai anak Adam!!!
Kamu di atas punggungku bersenda gurau, tapi kamu dalam perutku menjadi menangis.
Kamu berada diatas punggungku bergembira ria, tapi kamu dalam perutku menjadi cemas
dan duka.
Kamu diatas punggungku dapat berbicara, tapi kamu dalam perutku kamu menjadi diam."
Setelah manusia pulang meninggalkan mayat yang sudah dikuburkan itu, lalu Allah
SWT berfirman: "Wahai hamba-hambaKu, kamu tetap terpencil dan bersendirian, para
manusia sudah pergi dan pulang meninggalkan kamu bersendirian dalam kegelapan kubur.
Padahal kamu telah berbuat maksiat kepada-Ku karenapara manusia, karena isteri dan
anak. Namun Aku sangat kasihan kepadamu pada hari ini dengan limpahan Rahmat, yang denganya para makhluk semua kagum. Dan aku lebih kasihan kepadamu daripada kasih
IBU kepada anaknya."
Wahai saudara muslimin ku… … siapakah mayat itu… … … .aku, kau, kamu semua sudah
pasti akan menjadi mayat suatu hari nanti. Dikala itu kita pasti akan mendengar jeritan
yang amat menggerikan itu hinggakan makhluk yang lain mendengarnya merasa takut dan
kagum terhadap Maha Pencipta. Mana amalan mu… … … mana kebaikanmu sebagai Khalifah
Allah dimuka bumi ini… … … … … … ???????

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

'KIAT' MENJEMPUT MAUT

'KIAT' MENJEMPUT MAUT
Alkisah menurut shirah, pernah Nabi Ibrahim as berdialog dengan Malaikat Maut
soal sakratulmaut. Sahabat Allah itu bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan
rupamu saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?”
Malaikat menjawab pendek: “Engkau tak akan sanggup.”
“Aku pasti sanggup,” tegas beliau.
“Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.
Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk
berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari
hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh
pingsan! Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai
Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari
wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya.”
Di kesempatan lain, kisah yang diriwayatkan oleh 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas ini,
menceritakan Nabi Ibrahim as meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat
mencabut nyawa orang-orang beriman. Dengan mengajukan syarat yang sama kepada
Ibrahim as, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya. Maka di hadapan Nabi yang telah
membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian
indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.
“Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu
sebagai imbalan amal baiknya,” kata Nabi Ibrahim as.
Dari nukilan kisah itu, apakah bisik-bisik misteri tentang penampakan Malaikat Maut
menjelang ajal seseorang benar adanya”Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering
mendengar kisah dari mulut ke mulut, misalnya tentang seseorang yang tiba-tiba melihat
“sesuatu” ketika salah seorang kerabatnya tengah menghadapi maut. Apakah itu berupa
bayangan hitam, putih, atau pun hanya gumaman dialog mirip kata-kata yang dilontarkan
oleh orang yang mengigau.
Namun yang pasti selain Nabi Ibrahim as, dari beberapa riwayat, Nabi Daud dan Nabi Isa
as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan Malaikat Maut itu. Kisah
sakratulmaut itu belum seberapa bila dibandingkan dengan sakratulmaut itu sendiri.
Sakratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian
yang terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna
manusia ini memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah S.A.W berkata: “Kematian yang
paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain
sutera. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian Kain sutera yang
terkoyak?”
Tapi di bagian lain Rasulullah -- seperti yang dikisahkan oleh Al-Hasan pernah
menyinggung soal kematian, cekikan, dan rasa pedih. “Sakitnya sama dengan tiga ratus
tusukan pedang,” sabda beliau.
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada
Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan kematian wahai kawanku?”
Beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah
yang kemudian ditarik.”
“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,” firman-Nya.
Tentang sakratulmaut, Nabi S.A.W bersabda, “Manusia pasti akan merasakan derita dan
rasa sakit kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal
satu sama lain seraya berkata 'Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah
hingga datang hari kiamat kelak'.”
Ustadz Aam Amirullah, da'i Radio OZ Bandung, menuturkan bahwa Rasulullah S.A.W
sendiri menjelang akhir hayatnya berucap “Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya
sakratulmaut” berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa
beliau akan masuk surga. “Lalu, mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan
beliau dengan kita, yang hanya manusia biasa ini,” lanjut Aam. Maka sekitar 200-an
hadirin yang memadati Aula Kantor Pusat PT Pos Indonesia, Bandung, mendadak tercekam
hening.
Untung banyolan KH Abdullah Gymnastiar -- yang menyapa hadirin dengan sebutan
'Calon Jenazah' -- segera memecah keheningan. Kematian, menurut Aa' Agim, mestinya
tak perlu menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus senantiasa
dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya menurut dia, berarti ingin cepatcepat
pula ditemui.
“Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu
dengannya,” sabda Rasulullah S.A.W .
Maka, terhadap manusia yang tak pernah tergugah dengan kematian manusia lain,
Aa' Agim secara guyon menyebutnya sebagai golongan “mandom” alias manusia domba.
“Seperti domba di Idul Kurban. Terus makan rumput sambil menatap kawan-kawannya
disembelih, padahal dia bakal dapat giliran juga,”tambah pimpinan Pesantren Daarut
Tauhiid ini.
Agim menganalogikan orang dalam golongan ini sebagai orang bodoh, yang meski telah
diberi modal hidup tapi terhambur dengan sia-sia. “Semakin banyak kesia-siaan yang kita
lakukan, maka semakin tinggi pula tingkat kebodohan kita. Sebaliknya, orang yang paling
cerdas adalah orang yang paling sering mengingat ajal dan paling banyak mempersiapkan
diri menghadapi maut,” katanya.
Khusnulkhotimah, menurut Agim, adalah suatu karunia Allah SWT yang khusus
diberikan kepada manusia. Kyai yang kocak ini bilang, tak ada ceritanya muda foya-foya,
tua kaya raya, mati masuk surga. Khusnulkhotimah itu seperti hadiah buat manusia, atas
upaya manusia yang sungguh-sungguh menjalankan tugas hidup di dunia ini. “Seperti
mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”
Jadi jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa mendapatkan
khusnulkhotimah terlebih dulu. “Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati
kita setiap hari,” paparnya.
Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa dengan banyak-banyak mengingat maut
menjadikan seseorang menjadi makhluk yang produktif, cermat, dan selektif, adalah
benar adanya, menurut Agim. “Ini karena setiap pekerjaan yang dilakukannya dianggap
sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut itu bisa datang kapan saja.” Sebaliknya,
kalau Allah belum memberi izin, maut tak akan datang. Agim memberi anekdot seperti
orang yang bekeinginan bunuh diri di rel kereta api. Sesaat kereta melintas, ternyata
badannya masih utuh. Karena ternyata ia berada di lintasan dengan tiga jalur rel.
Dengan selalu meningat maut, intinya kematian menjadi semacam bahan baker agar
manusia mampu hidup produktif dan bermanfaat. Menurut Aam Amirullah, ada empat
“selalu” agar manusia memiliki manfaat hidup. Pertama, selalu bermunajat kepada Allah
SWT; kedua, selalu mengevaluasi dan mengintospeksi diri sendiri; ketiga, selalu
bertafakur, mengasah diri dan ilmu; dan keempat, selalu memenuhi hak hidup, seperti
makan, minum, tidur dengan teratur. “Jadi sebelum kita mendekati sakratulmaut,
Rasulullah sudah memberi solusi kepada manusia. Jika ajal telah tiba, tak perlu kita takut
menghadapinya,” tambah Aam.

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

MENGINGAT MATI

Kematian adalah permulaan kepada kehidupan baru yang kekal abadi (akhirat). Yakin
dengan sebenar-benar yakin akan alam akhirat sangat dituntut karena merupakan
penjabaran dari rukun iman yang kelima.
Sabda Rasulullah:
"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya akan meremehkan berbagai
kelezatan.” (An Nasai, Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
Ketika Malaikat maut datang menemui Nabi Yaakub AS untuk mencabut nyawa,
beliau bertanya, "Bukankah aku minta agar dikirimkan utusan terlebih dahulu"
Malaikat maut menjawab, "Demi Allah telah banyak utusanku memberi peringatan wahai
nabi Allah,
Jawab Nabi Yaakub ,"Aku tidak mengetahui dan mengenalinya,"
Jawab malaikat maut pula, "Yaitu berupa sakit, uban, pendengaran kurang dan penglihatan
kabur."
Rasulullah bersabda, "Berziarahlah kubur karena ia dapat mengingatkan kamu
kepada Akhirat. Mandikan orang mati karena mengurus jasad orang mati merupakan
peringatan yang mendalam. Dan shalatkan jenazah karena ia dapat menyedihkan hati
kamu karena orang yang bersedih dibawah naungan Allah SWT berarti bersedia dengan
segala kebajikan. (Dari Abu Dzar)
Barang siapa yang banyak menginggat mati akan mengutamakan 3 perkara:
1. Segera bertaubat, karena yakin mati akan datang dengan tiba-tiba, tanpa disangka
dan tidak mengira tempat.
2. Berhati tenang dan senantiasa mewaspadai hati dari dihingapi dan dikotori ole
berbagai mazmumah (sifat keji). Dan sentiasa mengingati Allah SWT.
3. Rajin beribadah dan taat, dunia ini adalah tempat beramal dan akhirat adalah tempat
perhitungan.
Tanda-tanda orang yang melupakan mati
1. Menunda-nunda taubat, akhirnya mati dalam keadaan membawa dosa dan belum
bertaubat. Seringkali berangan-angan karena menyangka mati masih lambat dan umur
akan panjang.
2. Tidak rela hidup sederhana akhirnya memburu kesenangan dan kemewahan dunia
hingga lalai dari menginggati Allah SWT. Sering merasa kecewa dan putus asa seolaholah
dunia ini segala-galanya. Terlalu mementingkan diri sendiri dan sanggup menindas
orang lain
3. Malas beribadah, kelezatan menikmati nikmat dunia menyebabkan lenyapnya
kelezatan beribadah pada Allah SWT. Hilang kemanisan ibadah, malah merasakan
kosong dan tidak bermanfaat.
Allah SWT Berfirman :
Audzubillahi minasy syathonirrojim
1. Kullu nafsindza iqotul maut (Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian)
2. Faidza ja'a Ajaluhum laa yasta'khiruna sa'ah wala yastaqdimun (Maka apabila datang
waktu kematian tidaklah dapat diundur dan tidakpula dapat dimajukan.)
3. Wamal hayatuddun ya illa mata'ul ghuruur (Sesungguhnya dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yangmemperdayakan.) Shodaqollohul adhim.

sumber: dari yg punya e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

Senin, 22 Agustus 2011

Kisah-Kisah Keajaiban Sedekah dalam Menyembuhkan Berbagai Penyakit

Sedekah bisa menjadi obat bagi penyakit Anda! 
Rasulullah n bersabda :
دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Baihaqi)
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَ مَالِهِ وَ نَفْسِهِ وَ وَلَدِهِ وَ جَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar makruf nahi munkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah kisah-kisah nyata yang akan membuat semua orang beriman terpana. Betapa sedekah memiliki keajaiban tiada tara. Namun, mengapa masih banyak orang yang tidak gemar melakukannya?
Baca dulu kisahnya, dan semoga akan segera tergugah jiwa Anda. Bagi saudaraku yang masih terbaring sakit, walaupun Anda mungkin masih menjalani pengobatan medis, tak mengapa, tetaplah bersedekah. Dengan keikhlasan niat dan kemantapan iman, sedekah yang Anda keluarkan itu insya’ Allah akan mempercepat kesembuhan Anda. Simak baik-baik kumpulan kisah nyata di bawah ini!


Bisul di Wajahnya Sirna

Disebutkan di dalam kitab Shahihut Targhib wat Tarhib 964 M, dari Imam Baihaqi v, bahwa ia berkata, “Ada kisah Syaikh Hakim Abi ‘Abdillah v, bahwa ia memiliki bisul di wajah dan telah diobati dengan berbagai macam obat, tapi tak kunjung sembuh juga. Sudah hampir satu tahun lamanya bisul tersebut menghinggapi wajahnya. Kemudian ia meminta kepada Ustadz Imam Abu ‘Utsman Ash-Shobuni untuk mendoakannya di majelis beliau pada hari Jumat. Beliau pun mendoakannya dan diamini oleh banyak orang.

Pada hari Jumat berikutnya ada seorang wanita yang menyampaikan selembar surat yang mengatakan bahwa sesampainya di rumah, ia kemudian bersungguh-sungguh dalam mendoakan Hakim Abu ‘Abdillah pada malam harinya. Lalu dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah n yang seakan-akan bersabda kepadanya, “Katakan kepada Abu ‘Abdillah agar melapangkan air bagi kaum muslimin.” Kemudian aku membawa surat tersebut kepada Hakim. Lalu Hakim memerintahkan agar membuat galian di depan pintu rumahnya. Setelah galian tersebut selesai dikerjakan, beliau memerintahkan agar memenuhi galian tersebut dengan air dan kerikil. Orang-orang pun mulai mengambil air tersebut untuk minum. Tidak sampai satu pekan, tanda-tanda kesembuhan telah nampak pada Abu ‘Abdillah. Maka wajahnya telah kembali tampan seperti sedia kala. Setelah peristiwa itu beliau masih hidup selama beberapa tahun.[1]

Galilah Sumur, dan Sakitmu Akan Sembuh

Di dalam Siyar A’lamin Nubala’ 8/407 disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada ‘Abdullah bin Mubarak v tentang luka bernanah (bisul) yang keluar dari lututnya sejak tujuh tahun yang lalu. Ia telah mengobatinya dengan berbagai macam obat dan banyak bertanya kepada para dokter, tetapi belum sembuh juga. Maka beliau pun menjawab, “Pulanglah, lalu galilah sumur di tempat orang-orang yang membutuhkan air. Sesungguhnya aku berharap akan keluar mata air di sana, dan darahmu akan berhenti.” Lelaki itu pun melaksanakan perintah Ibnul Mubarok, maka ia pun sembuh.[2]

Penyakit Kanker Sembuh Dengan Sedekah

Disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang mengidap penyakit kanker. Ia sudah berkeliling dunia untuk mencari obat, namun ia belum mendapatkannya. Maka, ia pun bersedekah kepada ibu anak yatim, sehingga Allah memberikan kesembuhan kepadanya.[3]

Sembuh Karena Berinfak kepada Anak Yatim

Ada seorang wanita yang tinggal di Arab Saudi bercerita, “Aku menderita penyakit kanker beberapa tahun, dan aku yakin maut telah mendekat. Aku menginfakkan penghasilanku dari menjadi tukang bordir kepada anak-anak yatim. Setiap harta yang aku infakkan kepada mereka, maka Allah membalasku dengan berlipat ganda, dan akhirnya Dia memberikan kesembuhan dari penyakitku, karena disebabkan infakku kepada anak-anak yatim.”[4]

Wanita Mandul Itu Bisa Hamil

Ada seorang wanita yang mendapat cobaan dengan kemandulan, ia tak dikaruniai anak. Para dokter telah berputus asa dari kemungkinan ia bisa hamil, dan bahwa penyakit itu memang tidak ada obatnya. Maka, Allah Ta’ala memberikan taufik kepadanya agar ia bersedekah kepada seorang wanita fakir. Sesudah ia bersedekah kepada wanita itu, ia meminta kepadanya agar mendoakan dirinya dikaruniai anak shalih. Setelah berlalu tiga bulan, wanita itu pun mengandung dua anak kembar!![5]

Penglihatannya Kembali Normal Seperti Sedia Kala

Seorang anak kecil bermain bersama saudaranya, tangannya membawa pisau. Tiba-tiba saja, ia memukulkan pisau tersebut ke mata saudarinya. Dengan cepat saudarinya tersebut dilarikan ke rumah sakit. Kemudian ia dipindahkan ke Riyadh. Setelah diperiksa dan dirongent, tim dokter memutuskan bahwa harapan kornea matanya bisa kembali normal amat tipis, sehingga sangat mustahil ia bisa melihat kembali seperti sedia kala.

Suatu hari sang ibu yang menemani anak perempuannya (yang sedang sakit) tersebut teringat tentang keutamaan sedekah. Maka, ia meminta kepada suaminya agar membawakan batangan emas yang dimilikinya, di mana ia tidak memiliki kekayaan selain barang tersebut. Ia ingin mensedekahkannya, meski sebenarnya secara materi ia juga kekurangan. Ia berdoa kepada Allah seraya berucap, “Wahai Robbku, Engkau tahu bahwa aku tidak memiliki harta selain barang itu, maka jadikanlah sedekahku ini sebagai sarana kesembuhan anak putriku ini.”

Keesokan harinya dokter datang untuk kembali memeriksa anak tersebut, ternyata perkataan dokter tetap seperti kemarin, anaknya tidak ada harapan sembuh. Beberapa hari kemudian, datang dokter lain dan memeriksanya, ia berpikir dan memperhatikan dengan cermat. Tiba-tiba saja, dokter itu menginstruksikan untuk mengadakan operasi. Ternyata operasi itu berhasil, semata-mata karena karunia Allah. Al-hamdulillah, akhirnya sang anak perempuan itu bisa kembali ke rumahnya dengan selamat, tanpa ada sedikit pun bekas luka di wajahnya, dan penglihatannya kembali normal seperti sedia kala.[6]

Putrinya Sembuh Lantaran Sedekah

Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib yang dialaminya, ia mengatakan, “Aku memiliki anak perempuan yang masih kecil, yang terkena penyakit di tenggorokannya. Aku telah pergi bersamanya ke beberapa rumah sakit dan telah membeberkan jenis penyakit yang dialami anakku kepada banyak dokter, namun semuanya tidak bermanfaat. Sakitnya menjadi semakin bandel. Aku hampir saja ikut sakit lantaran memikirkan sakit anakku, yang menjadikan semua anggota keluarga tak bisa tidur. Kami telah menempuh langkah-langkah untuk meringankan sakitnya, hingga akhirnya kami merasa putus asa dari semua itu, kecuali dari rahmat Allah Ta’ala.

Sampai suatu ketika datanglah secercah harapan dan terbukalah pintu solusi. Ada seorang yang shalih menghubungiku dan mengingatkanku akan hadits Nabi n :

دَوُّوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Aku berkata kepadanya, “Sungguh, aku telah banyak bersedekah.” Ia kembali berkata, “Bersedekahlah saat ini dengan niat agar putrimu mendapatkan kesembuhan.” Akhirnya, aku pun bersedekah dengan dilandasi kerendahan hati kepada salah seorang fakir, namun segala sesuatunya tak ada perubahan. Aku menginformasikan hal ini kepada orang shalih itu, dan ia berkata, “Anda termasuk orang yang memiliki banyak harta. Hendaklah sedekahmu seukuran dengan hartamu.”

Aku pun pergi untuk kedua kalinya, dan mobilku kupenuhi dengan beras, ayam dan barang yang baik-baik dalam jumlah yang besar, lalu kubagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka pun bergembira dengan sedekahku. Dan subhanallah, tiba-tiba putriku menjadi sembuh total, alhamdulillah.

Aku yakin bahwa sedekah merupakan faktor penyebab kesembuhan yang terbesar. Sekarang, berkat anugerah Allah, putriku selama tiga tahun ini tidak pernah terkena penyakit apa pun. Sejak itulah aku memperbanyak sedekahku, khususnya pada waktu-waktu yang baik. Dan, aku setiap hari merasakan kenikmatan, keberkahan dan kesehatan dalam hal harta dan keluargaku. Aku pun menasihati setiap orang yang sakit agar bersedekah dengan harta yang paling berharga yang ia miliki. Hendaknya ia ulangi sedekahnya itu, niscaya Allah Ta’ala pasti akan menyembuhkannya. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”[7]

Emas yang Disedekahkan Membawa Kesembuhan Anaknya

Seorang pemuda masuk ke rumah sakit karena penyakit parah yang dideritanya -–semoga Allah memberikan keselamatan dan kesehatan kepada kita dan menyembuhkan kaum muslimin yang sedang sakit-–. Setelah diperiksa, tim dokter menetapkan bahwa harapannya untuk sembuh sangat tipis. Dokter berkata kepada sang ibu yang menemaninya, “Penuhilah keinginan-keinginannya, sepertinya ia tidak mempunyai harapan sembuh lagi, namun Allohlah yang paling mengetahui.”

Sang ibu sangat terpukul dengan informasi tersebut. Ia teringat dengan belahan hatinya, ia khawatir jangan-jangan harus berpisah dengannya selama-lamanya. Maka, ia pun menjual semua emas yang dimilikinya, kemudian mensedekahkan seluruh uang hasil penjualannya. Beberapa hari kemudian, dokter memberitahukan kepada sang ibu bahwa anaknya ada harapan untuk sembuh, dan keadaannya membaik sedikit demi sedikit. Akhirnya beberapa hari kemudian, keluarlah pemuda itu dari rumah sakit dalam keadaan sehat wal afiat. Semuanya memuji kepada Allah l atas kesembuhan dan kasih sayang-Nya.[8]

Terkena ‘Ain, Sembuh Dengan Sedekah

Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj mengatakan bahwa ada seseorang bercerita kepadanya, orang itu berkata, “Saudaraku pergi ke suatu tempat, lalu berhenti di salah satu jalan. Tatkala sampai di tempat itu, ia tidak mengeluhkan apa pun, namun tiba-tiba ia jatuh pingsan, seperti terkena tembakan senapan di kepalanya. Kami memprediksi bahwa ia terkena penyakit ‘ain atau mengidap penyakit tumor atau terjadi pembekuan pada pembuluh darah di otak.

Kami segera pergi ke beberapa rumah sakit dan klinik pengobatan, lalu ia diperiksa dan dirontgen. Hasil pemeriksaan mengatakan bahwa kepalanya sehat, namun ia terus mengeluhkan rasa sakit di saat akan tidur, sehingga ia sering memilih untuk tidak tidur. Namun, di saat yang lain ia merasa sehat.

Apabila sakitnya kambuh, ia tak mampu bernafas dan berbicara. Syaikh Sulaiman pun berkata, “Apakah Anda memiliki harta yang bisa kami sedekahkan untukmu, semoga Allah menyembuhkanmu!” Ia menjawab, “Ya. Saya memiliki harta kira-kira jumlahnya 7.000 riyal.” Maka, sang Syaikh segera menghubungi seorang yang shalih yang mengetahui keadaan orang-orang miskin, untuk membagi-bagikan sedekah itu kepada mereka.
Orang itu berkata, “Aku bersumpah demi Allah yang Maha Agung, bahwa saudaraku itu sembuh dari sakitnya pada hari yang sama sebelum harta itu sampai ke tangan orang-orang miskin!! Dan, aku benar-benar tahu bahwa sedekah memang memiliki pengaruh yang besar dalam pengobatan berbagai penyakit.”[9]

Penyakit Demam Tak Berdaya Melawan Sedekah

Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj mengatakan bahwa kisah ini diceritakan oleh pelakunya sendiri, orang itu berkata kepada Syaikh, “Anakku mengeluhkan penyakit demam dan panas, serta ia tak mau makan. Aku pun pergi bersamanya ke beberapa klinik pengobatan, namun panasnya tak kunjung turun dan keadaannya semakin memburuk.
Aku masuk ke dalam rumah disertai perasaan gelisah, tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Isteriku berkata kepadaku, “Hendaklah kita bersedekah untuknya.” Aku pun segera menghubungi via telepon seseorang yang memiliki jalinan hubungan dengan orang-orang miskin, aku berkata kepadanya, “Aku berharap Anda mau shalat ‘Ashar di masjid, dan mau mengambil dari tempatku 20 kantong beras dan 20 boks ayam, lalu hendaklah Anda membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.”

Aku bersumpah demi Allah, tidak sampai lima menit sesudah aku menutup gagang telepon, tiba-tiba anakku telah berlari-lari, bermain-main, berlompatan di atas sofa, dan makan-makan hingga kenyang, serta ia telah sembuh total berkat karunia Allah dan selanjutnya berkat keutamaan sedekah. Dan, aku berpesan kepada orang banyak agar memberikan perhatian kepada sedekah, saat terkena berbagai penyakit.”[10]

Sedekah Mengobati Penyakit Jiwa

Ada seorang wanita yang menderita penyakit jiwa yang parah. Salah seorang kerabatnya bangkit dan segera bersedekah dengan meniatkan kesembuhan untuknya kepada seorang yang shalih namun fakir yang menanggung beban hidup dua keluarga, dan ia meminta agar orang shalih itu mendoakan saudaranya. Maka, Allah pun menyelamatkan wanita itu dari bala’, dan sedekah itu menjadi penyebab kesembuhannya.

Saudara yang bersedekah itu mengatakan, “Demi Allah, tidak ada seorang pun dari keluargaku yang tahu tentang sedekahku. Sesungguhnya aku ingin menjadikan sedekah itu ikhlas untuk menggapai keridhaan Allah Ta’ala.” Segala puji bagi Allah, yang telah menyembuhkan kerabatnya dari penyakit jiwa yang dideritanya.[11]

Sakitnya Hilang Tanpa Bekas

Ada seorang wanita yang mengalami gagal ginjal -–kita memohon kepada Allah, semoga Dia memberikan keselamatan, kesehatan, dan kesembuhan bagi kaum muslimin yang sakit–. Ia sudah berulang kali memeriksakan dan mengobatkan sakit yang dideritanya tersebut. Akhirnya, ia mencari-cari sekiranya ada orang yang mau merelakan ginjalnya untuk disumbangkan kepada dirinya, ia siap membayar dengan uang sejumlah 20.000 riyal.

Tersebarlah berita tersebut di kalangan orang-orang ketika itu, hingga ada salah seorang wanita yang mendengar kabar tersebut yang akhirnya langsung menuju ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya. Ia menyetujui seluruh ketentuan-ketentuan yang diajukan kepadanya sebelum menjalani operasi. Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor, ternyata ia sedang menangis. Karena heran melihat keadaannya, ia pun bertanya, “Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?” Wanita pendonor itu berkata, “Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang.”

Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, “Silahkan engkau ambil uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu…”. Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, begitu terkejutnya mereka, karena tidak mendapati sedikit pun bekas sakit pada dirinya. Al-hamdulillah, ternyata Allah l telah menyembuhkannya.[12]

Sudah Masuk Ruang ICU, Mendadak Sembuh

Ada seorang wanita masuk ruang ICU (unit gawat darurat) karena penyakit parah yang dideritanya. Beberapa muhsinin (orang-orang yang suka berbuat kebaikan) mengetahui keadaannya, maka mereka pun menyembelih seekor unta dan meniatkan pahalanya untuk si wanita tersebut. Setelah itu, mereka mensedekahkan daging unta tersebut kepada para keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengharap pahala dari Allah l. Beberapa hari kemudian, akhirnya Allah memberikan kesembuhan kepada wanita tersebut. Hanya bagi Allohlah segala pujian dan karunia.[13]

Sedekah Menolak Gangguan Sihir

Dikisahkan, ada beberapa wanita yang berbincang-bincang tentang keajaiban sedekah. Dan, belum selesai para wanita itu membicarakan tentang keutamaan sedekah, tiba-tiba salah seorang wanita yang ada di antara mereka –-yang sedang terkena sihir– melepas kalungnya yang mahal harganya. Kalung itu kemudian ia berikan kepada salah seorang temannya agar dijual dan uangnya diberikan kepada para keluarga miskin.

Ketika temannya tersebut pergi ke tempat penjual emas dan sang penjual ingin menimbangnya, maka sang penjual mengeluarkan mata batu yang terletak di tengah kalung tersebut. Sang penjual begitu terheran-heran dan kebingungan dengan apa yang dilihatnya. Karena ia menyaksikan ada buhul sihir di dalam mata batu kalung itu. Sang penjual kemudian mengeluarkannya, dan alhamdulillah, akhirnya sembuhlah perempuan pemilik kalung tersebut dari penyakit yang selama ini dideritanya.[14]

Suami Bersedekah Emas, Isterinya Sembuh Seketika

Seorang dokter menelepon suami seorang wanita yang sedang terbaring sakit di sebuah rumah sakit. Dokter itu memberitahukan bahwa istrinya sedang mengalami masa kritis, dan dari tinjaun medis harapan untuk sembuh sangatlah tipis. Sang suami sangat terpukul dengan berita tersebut. Maka ia segera bergegas mengeluarkan sedekah berupa emas milik istrinya. Setelah itu, ia pergi ke rumah sakit. Beberapa saat kemudian, sang dokter memberitahukan kepadanya bahwa beberapa saat yang lalu (yakni saat bersamaan waktu sang suami bersedekah), nampak tanda-tanda membaik dan kesembuhan pada diri sang istri. Kemudian ia dipindahkan dari ruang ICU ke kamar perawatan biasa. Beberapa hari kemudian, ia telah keluar dari rumah sakit tersebut. Segala puji bagi Allah, Pemilik Keutamaan dan Kebaikan.

Gigi Gerahamnya Sembuh Total

Seorang juru dakwah wanita yang terkenal bercerita, “Aku berada di Al-Haram sejak beberapa tahun yang lalu. Suatu ketika gigi gerahamku sakit, yang aku agak terlambat dalam mengobatinya. Aku bahagia dengan keberadaanku di Al-Haram dan aku ingin menyibukkan diri dengan Al-Quran. Akan tetapi, jikalau penyakit itu terus terjadi, maka aku akan pergi ke dokter dan aku akan meluangkan waktuku.

Terlintas dalam benakku sebuah pikiran untuk menolak penyakit ini dengan sedekah. Akhirnya, aku pun bersedekah kepada seorang anak perempuan di Al-Haram. Demi Allah, hanya dalam waktu singkat, penyakitku menjadi sembuh. Dan sejak itu hingga waktu ini, aku tidak lagi membutuhkan dokter untuk mengobati penyakitku ini, karena penyakit itu tidak pernah lagi menyerangku.[15]

Diprediksi Mati, Allah Menyelamatkannya Dengan Sekedah

Syaikh ‘Abdul Hadi Badlah, Imam Masjid Jami’ur Ridhwan di Halab Syiria, pernah bercerita, “Di awal pernikahanku, Allah telah menganugerahkan kepadaku anak yang pertama. Kami sangat bergembira dengan anugerah ini. Akan tetapi, Allah l berkehendak menimpakan penyakit yang keras kepada anakku. Pengobatan seakan tak berdaya untuk menyembuhkannya, keadaan sang anak semakin memburuk, dan keadaan kami pun menjadi buruk karena sangat bersedih memikirkan keadaan buah hati kami dan cahaya mata kami. Kalian tentu tahu, apakah artinya anak bagi kedua orang tuanya, terutama ia adalah anak yang pertama!!

Perasaan buruk itu menyeruak di dalam hati, karena kami merasa tak berdaya memberikan pengobatan bagi penderitaan anak kami!!
Sehatnya kita memang merupakan perintah Allah dan ketentuan-Nya, namun kita memang harus mengambil langkah-langkah pengobatan dan tidak meninggalkan kesempatan atau sarana apa pun untuk mengobatinya.

Seorang yang baik menunjukkan kepada kami adanya seorang dokter yang berpengalaman dan terkenal, maka aku pun pergi bersama anakku kepadanya. Anakku mengeluhkam demam yang sangat tinggi, dan dokter itu berkata kepada kami, “Apabila panas anak Anda tidak turun malam ini, maka ia akan meninggal esok hari!!”
Aku kembali bersama sang anak dengan kegelisahan yang memuncak. Sakit menyerang hatiku, hingga kelopak mataku tak mampu terpejam tidur. Aku pun mengerjakan shalat, lalu pergi dengan wajah muram durja meninggalkan isteriku yang menangis sedih di dekat kepala anakku.

Aku terus berjalan di jalanan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk anakku!! Tiba-tiba aku teringat dengan sedekah, dan ingat dengan hadits Rasulullah n, tatkala beliau bersabda, “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Namun, siapa yang akan aku temui di waktu malam seperti ini. Aku bisa saja mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya, tapi apa yang akan ia katakan kepadaku jika aku melakukan hal itu?

Tatkala aku berada dalam kondisi bimbang seperti itu, tiba-tiba ada seekor kucing lapar yang mengeong di kegelapan malam. Aku menjadi ingat dengan sabda Rasulullah n tatkala ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?” Beliau n menjawab, “Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Aku pun segera masuk ke rumahku, mengambil sepotong daging, dan memberi makan kucing itu.

Aku menutup pintu belakang rumahku, dan suara pintu itu bercampur dengan suara istriku yang bertanya, “Apakah engkau telah kembali kepadaku dengan cepat?” Aku pun bergegas menuju ke arahnya. Dan, aku mendapatkan wajah isteriku telah berubah, dari permukaan wajahnya telah menyiratkan kegembiraan!

Ia berkata, “Sesudah engkau pergi, aku tertidur sebentar masih dalam keadaan duduk. Maka, aku melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan!!”
Dalam tidurku, aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba ada seekor burung hitam yang besar dari langit yang terbang hendak menyambar anak kita, untuk mengambilnya dariku. Aku menjadi sangat ketakutan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat? Tiba-tiba muncul kepadaku seekor kucing yang menyerang secara dahsyat burung itu, dan keduanya pun saling bertempur. Aku tidak melihat kucing itu lebih kuat daripada burung itu, karena si burung badannya gemuk. Namun akhirnya, burung elang itu pun pergi menjauh. Aku terbangun mendengar suaramu ketika datang tadi.

Syaikh ‘Abdul Hadi berkata, “Aku tersenyum dan merasa gembira dengan kebaikan ini. Melihat aku tersenyum, isteriku menatap ke arahku dengan terheran-heran.”
Aku berkata kepadanya, “Semoga semuanya menjadi baik.”

Kami bergegas mendekati anak kami. Kami tak tahu siapa yang sampai terlebih dulu, tatkala penyakit demam itu sirna dan sang anak mulai membuka matanya. Dan, pada pagi hari berikutnya, sang anak telah bermain-main bersama anak-anak yang lain di desa ini, alhamdulillah.

Sesudah Syaikh menyebutkan kisah menakjubkan ini, anak tadi -–yang telah menjadi pemuda berumur 17 tahun, serta telah sempurna menghafalkan Al-Quran dan menekuni ilmu syar’i–, ia menyampaikan nasihat yang mendalam kepada kaum muslimin di masjid orang tuanya, Masjid Ar-Ridhwan di Halb, di salah satu malam dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah.[16]

Sumber : Buku “Berobat Dengan Sedekah”, karya Muhammad Albani, Penerbit Insan Kamil, Solo, Cet. X, Juni 2009

Footnote :
[1] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 41-42.
[2] Ibid, hal. 36-37.
[3] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[4] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah, dengan beberapa perubahan redaksional.
[5] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[6] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 48-49.
[7] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[8] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 53.
[9] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[10] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[11] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[12] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 56.
[13] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 56.
[14] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 57.
[15] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[16] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.

dari blog : http://tiketsurga.wordpress.com/2009/06/14/kisah-kisah-keajaiban-sedekah-dalam-menyembuhkan-berbagai-penyakit/

Agar Kita Tidak Merugi: Tadabbur Surat Al-’Ashr

 Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
dakwatuna.com -Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3)
Surah ini termasuk golongan Makkiyah yang diturunkan sesudah surah Asy-Syarh dan terdiri dari tiga ayat. Sayyid Quthb memahami aspek i’jazul Qur’an yang ketara pada surah pendek ini yang memang merupakan keistimewaan Al-Qur’an. Sebagai contoh misalnya, irama surah ini menunjukkan satu keserasian dimana pada akhir setiap ayatnya ditutup dengan huruf “ra”. Susunan redaksinya juga indah; berawal dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Hanya dalam tiga ayat, tergambar dengan gamblang manhaj dan rambu-rambu kehidupan manusia yang dikehendaki oleh Islam yang berlaku sepanjang zaman dan pada setiap generasi. Memang hanya ada satu manhaj dan jalan keselamatan dari kerugian seperti yang dirumuskan dalam surah ini, yaitu iman, amal shalih, saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.
Surah ini diawali dengan sumpah. Sumpah Allah dengan salah satu makhluknya yang terpenting yang menentukan kehidupan manusia, yaitu waktu, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Dalam satu “masa” terdapat beberapa keadaan; sakit dan sehat, suka dan duka, demikian seterusnya saling berpasangan. Bahkan dalam sebuah ‘waktu’ tersimpan segala jenis peristiwa dan kejadian. Karena keagungan waktu inilah maka Allah bersumpah dengannya. Dan memang Allah berhak bersumpah dengan apapun yang dikehendakinya dari seluruh makhlukNya, sedangkan manusia hanya boleh bersumpah dengan Allah dan nama-nama atau sifatNya yang mulia.
Terdapat banyak pemahaman para ulama tentang maksud ‘Al-Ashr’ yang menjadi sumpah Allah dalam surah ini. Hasan Al-Bashri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘Al-Ashr’ adalah waktu petang, karena pada waktu inilah berakhirnya segala aktifitas manusia, sehingga tinggal menghitung untung dan rugi dari apa yang telah dilakukannya semenjak pagi hingga waktu petang. Dalam konteks waktu, sebagian ulama menyimpulkan bahwa biasanya Allah bersumpah dengan waktu dhuha dalam konteks keberuntungan dan dengan waktu petang dalam konteks kerugian.
Makna lain dari kata ‘Al-Ashr’ yang masyhur adalah sholat Ashar. Shalat Ashar merupakan sholat yang utama dan diperintahkan khusus oleh Allah untuk dipelihara dan dijaga melalui firmanNya: “peliharalah oleh kalian shalat-shalat kalian dan shalat wushtho, yaitu sholat Ashar”. (2: 238). Bahkan Rasulullah bersabda mengagungkan shalat yang satu ini dalam salah satu haditsnya: “Barangsiapa yang tertinggal shalat Ashar, maka ia seolah-olah kehilangan keluarga dan hartanya”. Dalam riwayat lain dinyatakan: “maka sia-sialah semua amalnya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad). Disini Al-Biqa’i menemukan korelasi yang indah antara lafadz ‘insan’ yang merupakan sebaik-baik jenis makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik-baik kejadian (bentuk) dengan lafadz “Ashr” yang merupakan waktu pilihan, ibarat minuman jus yang dipilah dan diperas dari buah yang segar yang diistilahkan dalam bahasa Arab ‘Ashir.
Secara redaksional, bentuk nakirah (indifinitive) pada lafaz “khusr” menunjukkan besarnya kerugian yang akan diderita oleh setiap manusia dan juga untuk menghinakan manusia yang menderita kerugian tesebut, karena kerugian itu meliputi kebinasaan diri dan usianya. Atau bentuk nakirah juga menunjukkan umumnya kerugian tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh  Al-Alusi bahwa kerugian yang disebut oleh ayat bersifat umum mencakup segala jenis kerugian; duniawi maupun ukhrawi. Seperti kerugian dalam perniagaan, kerja-kerja manusia maupun pemanfaatan usia yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. Apalagi bahwa pernyataan Allah tentang kerugian setiap manusia dalam ayat ini diperkuat dengan dua huruf ta’kid (penegasan), yaitu Inna yg berarti sesungguhnya dan La yg berarti benar-benar.
Keumuman ayat kedua dapat difahami dari lafadz ‘insan’ yang didampingi oleh alif dan lam yang menunjukkan makna yang umum. Meskipun ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘manusia’ pada ayat ini adalah segolongan orang kafir seperti Al-‘Ash bin Wa’il, Al-Walid bin Al-Mughirah dan Al-Aswad bin Abdul Muthalib bin Al-Asad, namun tetap umumnya lafadz lebih kuat daripada khususnya ayat yang terbatas pada mereka yang telah menerima kerugian. Sehingga siapapun tanpa terkecuali tidak akan bisa terlepas dari kerugian melainkan jika ia berpegang teguh dengan ajaran yang terkandung pada ayat terakhir surah ini, yaitu iman, amal shalih dan saling menasehati untuk menepati kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.
Iman dan amal shalih yang menjadi syarat pertama keluar dari kerugian merupakan dua hal yang saling terkait, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Artinya tidak berguna dan akan mati iman seseorang tanpa amal shalih, begitu sebaliknya sia-sialah amal shalih yang tidak berlandaskan iman. Dari iman berasal setiap cabang kebaikan dan dengannya terkait setiap buah kebaikan. Oleh karena itu, Al-Qur’an dengan tegas menghancurkan nilai seluruh amal perbuatan, selagi amal perbuatan itu tidak didasarkan pada iman yang menjadi pendorong dan penghubung dengan Sang Maha Wujud. “Dan orang-orang yg kafir, amal perbuatan mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yg datar, yg disangka air oleh orang yg dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tdk mendapatinya suatu apapun”.(AN-Nur: 39). Secara impelementatif, Iman adalah gerak dan amal, pembangunan dan pemakmuran menuju Allah. Ia bukan sesuatu yang pasif, layu dan bersembunyi di hati nurani. Juga bukan sekedar kumpulan niat yang baik yang tidak tercermin dalam bentuk perbuatan & gerak.
Ayat yang terakhir dan terpanjang dalam surah ini merupakan gambaran kepedulian seorang mukmin dengan saudaranya tentang kebaikan. Saling berpesan dalam kebenaran tentu sangat diperlukan, karena melaksanakan kebenaran itu butuh bantuan orang lain. Saling berpesan berarti mengingatkan, memberi dukungan, memotivasi dan menyadarkan. Dan seseorang tidak akan mungkin mampu melaksanakan kebenaran dan kebaikan yang sempurna secara personal, tanpa keterlibatan orang lain. Demikian juga saling berpesan dengan kesabaran sangat diperlukan karena akan bisa meningkatkan kemampuan, semangat dan perasaan kebersamaan. Apalagi dalam meyakini, menjalankan dan menyeru kebenaran tadi bisa jadi akan menghadapi hambatan, rintangan dan tantangan dalam beragam bentuknya. Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan, “Kesabaran adalah setengah dari (realisasi) iman seseorang”. Disinilah urgensi kepedulian seorang mukmin dengan suadaranya dalam dua hal yang saling berkaitan; kebenaran dan kesabaran.
Yang menarik untuk dicermati mengenai tafsir surah ini adalah pendapat Al-Wahidi dalam kitab tafsirnya Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz. Beliau mengemukakan secara spesifik contoh mereka yang telah mendapat kerugian dan keberuntungan berdasarkan urutan dalam mushaf. Abu jahal merupakan representasi dari orang yang merugi. Abu Bakar merupakan sosok yang sesuai dengan implementasi iman. Umar bin Khattab mewakili orang-orang yang beramal shalih. Utsman bin Affan merupakan contoh nyata dari mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan Ali bin Abi Thalib identik dengan golongan yang saling menasehati dalam kesabaran. Lebih lanjut As-Syanqithi dalam tafsir ‘Adhwa’ul Bayan mengemukakan Mafhum mukhalafah dari setiap ajaran dalam surah ini; mafhum mukhalafah dari keberuntungan adalah kerugian, yaitu tdk beriman (kafir), tidak beramal atau beramal buruk, tidak berpesan dengan kebenaran atau berpesan tetapi dengan kebatilan serta tidak berpesan dengan kesabaran atau senantiasa berkeluh kesah.
Sungguh setiap kita mendambakan kesuksesan, keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Tidak ada jalan dan manhaj lain melainkan mengamalkan kandungan surah ini secara totalitas seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah saw. Disebutkan bahwa tidaklah dua orang sahabat Rasulullah bertemu, melainkan salah seorang dari keduanya akan membacakan surah ini sebelum berpisah, kemudian saling mengucapkan salam dan saling berjanji serta berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan iman dan beramal shalih, saling berjanji untuk senantiasa berpesan dengan kebenaran dan dengan kesabaran dalam menjalani kehidupan mereka.

http://www.dakwatuna.com/2010/02/5548/agar-kita-tidak-merugi-tadabbur-surat-al-ashr/

Tadabbur Al-Qur’an: Surah Al-’Ashr

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Mukadimah
dakwatuna.com - Dalam hidup yang singkat ini, banyak orang terlena dengan nikmat usia yang dimilikinya. Padahal, kata pepatah Arab, manusia tak ubahnya dari sekumpulan hari-hari. Setiap kali satu hari berlalu, berlalu pula sebagian dari umur manusia di dunia ini. Jika seseorang hari ini berusia 10 tahun, maka pada tahun depan, di hari yang sama, ia telah menjadi 11 tahun. Saat ia merayakan ulang tahunnya, orang mengucapkan “selamat panjang umur.” Sesungguhnya, umurnya tidak pernah menjadi lebih panjang. Bahkan sebaliknya, jatah usianya di dunia ini makin berkurang.
Dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an, Sayyid Qutb mengatakan, “Pada surah yang hanya memiliki tiga ayat ini terkandung suatu manhaj yang menyeluruh tentang kehidupan umat manusia sebagaimana yang dikehendaki Islam. Ia meletakkan suatu konstitusi Islami dalam kehidupan seorang muslim, tentang hakikat dan tujuan hidupnya yang meliputi kewajiban dan tugas-tugasnya. Suatu bukti bahwa surah ini merupakan mukjizat Allah yang tiada seorang pun dapat melakukannya.” Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i pernah berkata, “Seandainya saja al-Qur’an tidak diturunkan, niscaya satu surah ini cukup menjadi petunjuk manusia. Karena di dalamnya terkandung seluruh pesan-pesan al-Qur’an.”
Allah swt berfirman,
وَالْعَصْرِ﴿١﴾
Demi masa.
Para ulama menafsirkan kata “al-’Ashr” di sini dimaksudkan beberapa hal. Pertama: Waktu (Masa). Menurut Ibn Abbas, kata ‘Ashr di sini sangatlah tepat jika ditafsirkan sebagai waktu. Sebab, Allah swt memang sangat memberikan perhatian kepada perputaran orbit waktu. Banyak orang rugi akibat tidak memahami hakikat waktu dengan menghabiskannya secara sia-sia. Kedua: Kata ‘Ashr di sini berarti shalat Ashar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari – Muslim, Rasulullah saw dikabarkan telah bersabda, “Jagalah shalat-shalatmu, dan shalat Ashar” Ketiga: zaman Nabi saw. Kita tahu, periode kehidupan Nabi saw adalah periode terbaik sejarah peradaban manusia. Keempat, sebagian ulama menafsirkannya sebagai Tuhan pemilik waktu. Ketika Allah swt berfirman, “demi masa” hendaklah dipahami sebagai “Demi Tuhan, pemilik peredaran waktu.”
Allah swt kemudian berfirman,
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴿٢﴾
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian
Ayat ini merupakan jawaban dari sumpah Allah tentang waktu. Secara bahasa, Allah swt menggunakan dua penegasan sekaligus dalam ayat ini. Yaitu, kata “inna” dan huruf “lam” pada kata “fi”. Hal ini menunjukkan bahwa manusia, sebagai objek dialog wahyu Allah kepada rasul-Nya, acap lengah dengan waktu yang dimilikinya. Sehingga Allah tegaskan bahwa orang seperti itu akan benar-benar hidup dalam kerugian. Menurut Ibn Abbas, ketika ayat ini diturunkan oleh Allah swt, orang-orang yang tengah disoroti adalah sekelompok kaum Musyrikin Mekah. Mereka itu adalah al-Walid bin al-Mughirah, Ash bin Wail, Al-Aswad bin Abdul Muthalib, dan Aswad bin Abdul Yagust. Tokoh-tokoh musyrikin Mekah ini selalu asyik berleha-leha tanpa menyadari perubahan kerut muka di wajahnya, uban menguasai kepalanya dan kesehatan badan yang mulai menurun akibat dimakan usia.
Orang seperti ini pasti benar-benar berada dalam kerugian. Sama halnya dengan saudara-saudara kita yang asyik terlena dalam nina-bobo syaitan. Lihatlah, bagaimana para anak muda menghabiskan waktunya di depan teve, bermain game, play station, browsing internet dan lain-lain. Mereka telah membuang waktu dan tanpa sadar telah “disembelih” olehnya. Pepatah Arab mengatakan, waktu laksana pedang, bila engkau tak menggunakannya, ia akan memotong usiamu.
Kerugian ini tentu saja bagi mereka yang berleha-leha. Sebab, Allah swt kemudian memberikan pengecualian kepada sekelompok lainnya. Ia berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴿٣﴾
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
Pengecualian itu diberikan kepada kelompok orang yang beriman. Allah swt memberikan suatu pra-syarat tentang kelompok ini. Yaitu mereka yang berbuat baik, saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Dengan kata lain, seorang yang mengaku beriman, tak cukup dengan hanya deklarasi pada dirinya sendiri namun dibutuhkan suatu tindakan nyata dengan amal saleh.
Metaforsis ini mungkin bisa lebih menjelaskan bagaimana surah ini dijelaskan langsung oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ubay bin Ka’ab berkata, Aku membaca (surah al-ikhlas) di hadapan Rasulullah saw. Kemudian aku bertanya, apa maksudnya wahai Nabi Allah? Beliau saw menjawab, “Al-’Ashr adalah janji dari Allah swt. Tuhanmu tengah berjanji dengan menyebut penggalan akhir waktu di siang hari. “Innal Insana Lafi Khusrin” : Abu Jahal, “illa ladzina amanu” : Abu Bakar, “wa-amilus shalihat” : Umar bin al-Khattab, “Watawasau bil haq” : Utsman bin Affan, dan “Watawasau bis-shabr” : Ali bin Abi Thalib. (Hadits Mawquf). Semoga bermanfaat.
Wallahua’lam bis shawab.

Minggu, 21 Agustus 2011

TERAPI ISTIGHFAR



“Sesungguhnya Allah menurunkan kepadaku dua keselamatan bagi umatku. Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang (mereka) beristighfar (minta ampun), bila aku (Nabi Saw) pergi (tiada) maka aku tinggalkan bagimu istighfar sampai hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Sahabat Pema’af, Istighfar adalah teknik kunci untuk mengosongkan atau membersihkan hati dari limbah yang tidak perlu. Istighfar adalah mohon ampun kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Istighfar itu sangatlah penting, sebab selain akan membersihkan hati dan menjadikan jiwa sebagai Nafsul Muthmainnah, maka beristighfar pun secara otomatis akan mengaktifkan berbagai mutiara hati yang bersemayam di dasar samudera jiwa. “Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus.” (HR. Ath-Thabrani)

Selain itu, mengenai Istighfar ini Rosulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang selalu beristighfar maka Allah akan memberinya kelapangan dalam setiap kesempitannya, dan Allah akan membukakan jalan dari kesusahannya serta Allah akan memberinya rezeki dari yang tidak di sangka-sangka." (HR. Abu Daud & Ibnu Majah)

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jika mendapat masalah yang cukup berat, solusinya adalah dengan memperbanyak istighfar. "Jika masalah yang saya hadapi mengalami kebuntuan (sulit menemukan solusinya), saya beristighfar kepada Allah sebanyak seribu kali. Allah pun memberikan saya jalan keluarnya." Itulah pengakuan dari seorang ulama besar yang menjadi guru dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Itu sebabnya, di Al-Quran kita disuruh untuk bersegera beristighfar kepada ALLAH. Karena sesungguhnya istighfar itu adalah PINTU hadirnya rahmat dan karunia dari ALLAH SWT.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. 3:133-134)”

“Seorang yang berbuat dosa lalu membersihkan diri (wudhu atau mandi), kemudian ia shalat dan memohon pengampunan Allah maka Allah akan mengampuni dosanya. Setelah berkata demikian Rasulullah mengucapkan firman Allah surat Ali Imran ayat 135: "Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu sedang mereka mengetahui."”(HR. Bukhari dan Muslim)

Istighfar adalah salah satu bentuk dzikir atau dzikrullah yang sangat sering dilakukan oleh Rosulullah saw. Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar menghitung dzikir Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dalam satu kali majelis (pertemuan), beliau mengucapkan 100 kali (istighfar dalam majelis): “Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha Penyayang.” (HR Abu Dawud)

Berapa banyak kita harus beristighfar setiap harinya tidaklah ditentukan oleh Rosulullah saw, tetapi kalau kita perhatikan keterangan di atas sebelumnya maka jika memungkinkan dalam sehari itu kita beristighfar minimal 100 kali dan jika sedang memiliki masalah yang cukup berat maka kita bisa meniru perilaku dari Ibnu Taimiyah yang beristighfar sebanyak 1000 kali. Namun intinya, semakin banyak kita beristighfar atau melakukan dzkir istighfar dengan sepenuh hati maka tentunya akan semakin membantu kita untuk membersihkan jiwa kita dari berbagai limbah dosa yang pernah dan sedang kita lakukan, ”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzab ayat 41)

Istighfar ini memang dahsyat, ia mampu menjadi washilah agar kita keluar dari berbagai problema kehidupan kita. Atas kehendakNya, maka Istighfar bisa membantu kita keluar dari berbagai kesempitan hidup yang tengah kita rasakan. Banyak sekali kesempitan hidup yang kini mungkin saja sedang kita rasakan, beberapa diantaranya :
1.    Hidup tidak tenang alias sering gelisah
2.    Waswas
3.    Trauma
4.    Tidak percaya diri
5.    Dikelilingi oleh orang-orang yang menjengkelkan
6.    Grogi ketika berbicara di depan umum
7.    Grogi kalau menjadi imam
8.    Kurang beriman dan sering ragu atas kekuasaan dan pengaturan Allah atasnya
9.    Emosi tidak stabil
10.    Sering dizalimi oleh orang lain bahkan oleh orang yang sama berkali-kali
11.    Musuhan menahun
12.    Pernikahan tidak harmonis
13.    Mudah tergoda oleh pria/wanita lain
14.    Jatuh cinta mendalam pada orang yang tidak pas dan tidak jelas
15.    Sering bermaksiat
16.    Banyak hutang dan sulit melunasinya
17.    Dimusuhi banyak orang dengan alasan yang tidak jelas
18.    Plin-plan alias tidak tegas
19.    Susah memiliki anak atau keturunan
20.    Susah dapat kerja
21.    Susah kaya padahal sudah berusaha dan tawakkal
22.    Susah khusyu sholatnya
23.    Susah dipercayai orang
24.    Berwajah gelap atau aura tertutup
25.    Mudah sakit, seperti mudah masuk angin, maag, asma, migrain, sakit kepala utuh, dan alergi kulit
26.    Rejeki seret dan terasa mampet
27.    Harta yang tidak berkah
28.    Anak sulit diatur
29.    Pasangan tidak mencintai

Mari kita OBATI berbagai kesempitan hidup yang membuat dada ini terasa sempit dan sesak dengan melakukan dzikir ISTIGHFAR dengan tulus dan sepenuh hati. OBATI dengan tOBATi.
 Kisah berikut, insya Allah akan membuat Anda semakin yakin bahwa berISTIGHFAR akan membuat Anda keluar dari berbagai permasalahan hidup Anda. Insya Allah.

“Dikisahkan, ketika Rasulullah saw sedang berkumpul dengan sejumlah sahabatnya di masjid, masuklah empat orang laki - laki. Masing - masing datang membawa masalah yang ingin disampaikannya kepada Rasulullah saw. Orang pertama mengeluh karena di daerahnya sudah lama tidak turun hujan. Rasulullah saw menasehatinya, "Beristighfarlah!" Orang kedua mengeluh karena sudah lama menikah, tapi belum juga memperoleh keturunan. Rasulullah saw menasehatinya, "Beristighfarlah" Orang ketiga mengeluhkan kesulitan ekonominya. Rasulullah saw kemudian menasehatinya, "Beristighfarlah!" Orang keempat mengeluhkan tanah pertaniannya yang sudah tidak subur lagi. Lagi - lagi Rasulullah saw menasehatinya, "Beristighfarlah!" Abu Hurairah yang saat itu ada bersama mereka terheran - heran, kemudian ia bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa kesulitannya banyak, tetapi obatnya satu?" Beliau kemudian menjawab, "Simaklah firman Allah dalam surah Nuh (71) ayat 10 - 12, 'Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan Hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak - anakmu, dan mengadakan untukmu kebun - kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai – sungai.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Rosulullah saw mengajarkan kepada kita beristighfar, dan lafadz istighfar itu sangatlah banyak. Mulai dari “Astaghfirullahal ‘Azhim” atau di tambah kalimat “wa atuubu ilaiih” sampai dengan Penghulunya Istighfar atau Rajanya Istighfar.
 Mengenai penghulu/raja istighfar ini dijelaskan dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang hamba yang membaca “Allahumma Anta Robbii, Laa ilaaha illaa Anta kholaqtanii, wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika, wawa’dika mas tatho’tu, abuu u laka bin ni’mati, wa abuu u laka bi zambii, faghfirlii, fainnahuu laa yaghfiruz zunuuba illaa Anta.    (artinya = Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakan diriku, aku hamba-Mu, aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat, aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku, maka ampunilah aku, sebab tiada yang akan mengampuni dos." (H.R. Bukhori)

wallahu a'lam
KZ
www.cahaya-semesta.com