Rabu, 28 Desember 2011

Menikahlah, Anda Akan Lebih Kaya!

Oleh: Ali Akbar Bin Agil 

PADA saat saya hendak menikah, saya rutin datang ke sebuah pengajian yang diasuh oleh alumni pesantren milik Prof. Dr. Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki-Makkah, Ustad Muhammad bin Idrus Al Haddad. Selesai pengajian para jamaah bersalaman mencium tangan sang ustad satu persatu, termasuk diri saya.

Saat saya bersalaman dengannya, beliau yang sebelumnya telah mengetahui rencana pernikahan saya, memberikan suntikan semangat untuk jangan takut dalam menghadapi kehidupan berumah tangga, utamanya dalam soal rezeki. Kata beliau, “Kalo ente mau kaya, ya menikahlah,” ujarnya sembari mengutip hadits Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم), “Carilah rezeki lewat jalan nikah.”

Ungkapan beliau membuat saya optimis menyongsong hari H pernikahan, namun yang masih menjadi ganjalan di hati, seperti apa bunyi lengkap hadits tersebut?
Kurang lebih dua tahun saya mengakrabi buku-buku yang berbicara tentang bagaimana berumah tangga yang baik, menjadi suami yang baik, menjadi istri yang baik, dan sebagainya, tapi tak juga mememukan hadits yang dimaksud.

Sampai suatu ketika ketika ada Islamic Book Fair di awal bulan Desember, saya mengunjungi stan buku “Darul Kutub Al-Islamiyah”, di situ saya memborong beberapa buah buku, salah satunya berjudul “Tanqiihul Qaul fi Syarhi Lubaabil Hadits”. Kitab ini merupakan Syarah kitab Imam Suyuthi berjudul “Lubaabul Hadits”, yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.

Setelah saya “obok-obok” sejenak daftar isinya, mata saya tertuju pada sebuah sub judul yang berbunyi “Fi Fadhiilatin Nikaah” (Keutamaan menikah) yang terletak di bab ke-limabelas halaman 104.

Saya buka dan alhamdulillah, rasa penasaran yang menggelayut di benak tentang bunyi hadits yang disampaikan oleh Ustad Muhammad di atas, menjadi sirna seketika. Ya, saya berhasil menemukannya!

Bunyi lengkapnya, Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  bersabda, “Iltamisur Rizqa Bin Nikaah.” Menurut Syeikh Nawawi, sang komentator kitab ini, “Sesungguhnya menikah itu mendatangkan keberkahan dan mengalirkan rezeki, bila niatnya telah benar.” Hadits ini diriwayatkan oleh Dailami dari Sayidina Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu.

Selain itu, saya juga membaca hadits lainnya dalam bab yang sama yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar. Bunyinya, “Tazawwajuu Ya`tiyannakum bil Amwaal.” (Menikahlah, niscaya Allah akan mendatangkan pundi-pudi harta kepada kalian).

Dalam lafad hadits yang lain, “Ar Rizqu Yazdaadu bin Nikaah (rezeki akan semakin bertambah dengan menikah).”

Sungguh kenyataan yang membuat hati saya bergembira tak terkira.
Mengapa?

Pertama, karena mendapatkan ilmu yang memantapkan hati saya dalam berumah tangga yang baru berjalan 2 tahun lebih ini.

Jujur saja, saya sebelumnya sempat bimbang bahkan pusing tujuh keliling soal yang satu ini, nafkah.

Sebelum menikah, saya terkadang masih mendapat “subsidi” dari sang bunda untuk memenuhi kebutuhan kuliah, bensin, SPP, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Tak terbayangkan, jika saya menikah kelak, apakah saya sanggup mengatasi kegamangan soal nafkah.

Kedua, saya telah membuktikan sendiri. Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎), setelah menikah saya memiliki rumah sendiri tinggal bersama istri dan anak semata wayang, mampu membeli laptop yang harganya berkisar 4-5 jutaan. Saya bahkan mampu membeli sepeda motor yang kedua kalinya, meski mencicil.

Di luar nalar dan akal saya, begitu ajaibnya, tak terhitung sudah berapa kali saya PP Malang-Banjarmasin untuk mengantarkan istri pulang kampung.

Bagi saya, dengan kemampuan financial (keuangan) yang saya miliki, sesungguhnya saya belum mampu melakukan itu semua.

Ketiga, kenyatan ini dapat memberikan dorongan kepada pemuda yang ragu-agu untuk menikah, agar segera lekas melangsungkannya. Soal rezeki, Allah pasti telah menjadwalkannya dengan sangat teliti.

Kembalikan pada keyakinan di hati kita, bahwa rezeki itu bukan dari kita, tapi dari Allah selagi kita mau berusaha dan beikhtiyar.

Menikah benar-benar mendatangkan keberkahan, mengalirkan rezeki, dan pundi-pudi harta.

Hindari Keraguan

Hanya saja, sering kali para pemuda/pemudi menunda-nunda menikah dengan berbagai alasan yang beragam. Di saat hati terus ditima keraguan, di saat yang sama, sesungguhnya umur terus bertambah.

Untuk menghilangkan keraguan dan mengokohkan niat, marilah kita ingat, bahwa sesungguhnya tujuan dari menikah sesungguhnya adalah ibadah.

Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) berfirman;

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Qs. An-Nur [23] : 32).

Dari  banyak buku, telah saya dapati banyak hadits Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  mengenai anjuran menikah.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  bersabda.

"Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa."

Rasulullah  Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  juga pernah bersabda;

"Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya)." 

Betapa baiknya Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). Menikah membuat kita senang dan gembira, dijamin “kaya” dan dijanjikan surga. Lantas, apa yang masih menjadi ganjalan Anda semua untuk menikah?*

Penulis staf pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang- Jawa timur

Rabu, 21 Desember 2011

DO'A TERUNTUK AYAH & IBU


 
AYAH & IBU

Dibalik kekerasan AYAH dalam mendidik, ada jiwa perlindungan didalamnya
Dibalik ketegasan AYAH dalam bersikap, ada keteladanan yg ingin disampaikan

Karena adanya AYAH, sang pendamping bisa disebut IBU

Kelembutan IBU masih belum bisa tergantikan
Kasihsayang IBU masih bisa kurasakan
Kesejukan & Keteduhan IBU membuatku selalu merindukan

AYAH-IBU yang selalu kukenang
Doa selalu kupanjatkan utk waktu yg panjang

Waktu adalah waktu
Apakah disebut hari IBU atau hari AYAH-ku
Hanya adanya IBU-AYAH & AYAH-IBU
Bisa hadir manusia seperti aku
 
Tidak akan pernah ada yg mampu mengganti kanperan mu dalam hidup ku,
ayah kau adalah sosok kesatria dalam keluarga
ibu kau adalah bagai kan putri yg selalu kami sayangi.
                      Ke dua anak mu mohon ampunan mu
                      yg tak pernah mendengar nasehat mu
                     seadainya kami tau akan terjadi seperti ini 
                     takan pernah ada perintah yg akan kami abaikan
kini hanya luka dan penyesalan yg dalam hati                                                                             kerinduan kami yg begitu begitu besar padamu
yg takan pernah kami bisa sampaikan melalui apa pun
selain doa-doa dan sudjud kami pada illahi
                    kini tak ada lagi yg perduli/pun mengerti 
                    pada kami di saat kami sakit dan tak ada lagi
                   kasih sayang yg kami terima 
ya Allah dengar dan terima lah                                                                                                         sudjud dan doa-doa kami padamu
tempat kan lah ke dua orang tua kami
di surga mu.
                                                                                         
semoga air mata dan derita yg kami 
jalani kini dapat menebus semua kesalahan kami pada mu .

                              ke dua anak yg merindukan mu  ( Ayah Ibu )

                                                       maaf kan kami

Hasil Ramalan (yg tdk layak dipercaya) karena JELAS SYIRIK...

HASIL RAMALAN PRIMBON PERJODOHAN UNTUK PASANGAN
Tgl. Lahir: Senin Pahing, 10 April 1967Tgl. Lahir: Selasa Wage, 6 Juni 1967



Dibawah ini adalah hasil ramalan primbon perjodohan bagi kedua pasangan yang dihitung berdasarkan 5 petung perjodohan dari kitab primbon Betaljemur Adammakna yang disusun oleh Kangjeng Pangeran Harya Tjakraningrat. Hasil ramalan bisa saja saling bertentangan pada setiap petung. Hasil ramalan yang positif (baik) dapat mengurangi pengaruh ramalan yang negatif (buruk), begitu pula sebaliknya.

1. Berdasarkan neptu hari & pasaran masing-masing pasangan dibagi 9.
[Sisa 4 & 7] Rumah tangganya akan hidup miskin dan melarat.

2. Berdasarkan hari lahir masing-masing pasangan.
[Senin & Selasa] Rumah tangganya selamat, meskipun mendapat fitnah.

3. Berdasarkan jumlah neptu hari & pasaran masing-masing pasangan dibagi 4.
[Sisa 4] Punggel: Pasangan yang dalam perhitungan termasuk kategori Punggel, maka dalam kehidupan rumah tangganya akan ditinggal pasangannya.

4. Berdasarkan jumlah neptu hari & pasaran masing-masing pasangan dibagi 5.
[Sisa 5] Lungguh: Pasangan yang dalam perhitungan termasuk kategori Lungguh, maka dalam kehidupan rumah tangganya akan kokoh dan selamat.

5. Berdasarkan jumlah neptu hari & pasaran masing-masing pasangan dibagi 10/7.
[Sisa 6] Bumi Kapetak: Pasangan suami-istri ini dalam kehidupan rumah tangganya akan tahan pada kondisi sengsara dan kalut hati. Sisi baik pasangan ini adalah rajin bekerja dan selalu menjaga kebersihan. Untuk menolak kesialan, maka pasangan suami-istri kategori ini harus melakukan ritual menimbun tanah.

*Jangan mudah memutuskan suatu hubungan hanya karena perhitungan suatu perjodohan itu buruk menurut petung, karena ada cara untuk mengatasinya yaitu dengan mencarikan hari yang menurut petungnya baik untuk akad nikah.

Tabel Hari & Pasaran
No Hari & Pasaran Hari Pasaran Jumlah
1 Minggu Kliwon
Minggu Legi
Minggu Pahing
Minggu Pon
Minggu Wage
5
5
5
5
5
8
5
9
7
4
13
10
14
12
9
2 Senin Kliwon
Senin Legi
Senin Pahing
Senin Pon
Senin Wage
4
4
4
4
4
8
5
9
7
4
12
9
13
11
8
3 Selasa Kliwon
Selasa Legi
Selasa Pahing
Selasa Pon
Selasa Wage
3
3
3
3
3
8
5
9
7
4
11
8
12
10
7
4 Rabu Kliwon
Rabu Legi
Rabu Pahing
Rabu Pon
Rabu Wage
7
7
7
7
7
8
5
9
7
4
15
12
16
14
11
5 Kamis Kliwon
Kamis Legi
Kamis Pahing
Kamis Pon
Kamis Wage
8
8
8
8
8
8
5
9
7
4
16
13
17
15
12
6 Jumat Kliwon
Jumat Legi
Jumat Pahing
Jumat Pon
Jumat Wage
6
6
6
6
6
8
5
9
7
4
14
11
15
13
10
7 Sabtu Kliwon
Sabtu Legi
Sabtu Pahing
Sabtu Pon
Sabtu Wage
9
9
9
9
9
8
5
9
7
4
17
14
18
16
13

Senin, 12 Desember 2011

Hanya Sebuah Do'a

Hanya Sebuah Do'a

Posted on 23:53 by Oby_arsyil's blog

Ya Allah….
Atas Rakhmatmu kami melaksanakan pekerjaan …
Dan Atas Rakhmatmu pula kami bisa menyelesaikannya
Tidaklah ada daya upaya kami atas segalanya tanpa Rakhmat-Mu….

Dengan menyebut Nama-Mu setiap kali kami memulai Suatu pekerjaan dan
Mengucapkan Terima Kasih pada-Mu Setiap kami meng akhiri suatu pekerjaan ….
namun semua itu
Belumlah cukup jika belum mendapatkan kasih sayang-Mu

Ya Allah…..
Telah banyak waktu yang kami sia-siakan  hanya untuk Mencari kenikmatan
yang sesungguhnya bukanlah Kenikmatan yang kami butuhkan….

Dan telah banyak waktu yang kami habiskan
tanpa kami Tahu untuk apa kami lakukan semua itu ….

Sungguh kami telah berbuat dzolim terhadap diri kami Sendiri …
dan selalu dalam keadaan merugi…

Ya Allah….
Sering sekali kami bersekutu dengan syaitan
Hanya untuk hasrat duniawi ….
yang membuat kami Semakin jauh dari Cinta-Mu ….
Sering sekali kami mengikuti keserakahan Syaitan
Hanya untuk mengumpulkan harta kekayaan …
Padahal sesungguhnya tidak pernah akan kami miliki
Karena hidup hanya sebatas ajal ….

Ya Allah…..
Hanya Engkau yang Maha segalanya
Pemilik Kerajaan Langit dan Bumi ini beserta Isinya
Kami hanyalah segumpal tanah Ciptaan-Mu….
Maka ampunilah dosa-dosa kami...
Amien...

http://banyoemilizone.blogspot.com/2011/02/hanya-sebuah-doa.html

Mampu Pergi Haji tapi Tidak Mau Berangkat

[Ar-Royyan-10183] Mampu Pergi Haji tapi Tidak Mau Berangkat

Agus Rasyidi
Sun, 18 Sep 2011 22:47:15 -0700
Mampu Pergi Haji tapi Tidak Mau Berangkat 
Pertanyaan 4: 

Apa hukumnya bagi orang yang telah meninggal dunia namun ia belum melaksanakan 
ibadah haji disebabkan pelit atau sibuk, sedangkan ia memiliki kemampuan untuk 
melakukannya? Apakah bisa salah seorang anaknya mengambil sebagian dari 
hartanya dan pergi melaksanakan haji atas namanya? 


Jawaban:

Barangsiapa yang mampu untuk melakukan perjalanan ibadah haji, dengan kata 
lain, ia berbadan sehat dan memiliki kemampuan membiayai seluruh nafkah dan 
keperluan haji, akan tetapi ia bermalas-malasan dan lalai dalam melaksanakannya 
sehingga akhirnya ia meninggal dunia, maka berarti ia telah melakukan dosa yang 
nyata, karena ia meninggalkan secara sengaja salah satu rukun dari rukun Islam. 
Dan berarti ia juga telah menyia-nyiakan suatu kewajiban yang asas/pokok. 

Kita telah memaklumi sesungguhnya meninggalkan apa yang diperintahkan lebih 
besar dosanya jika dibandingkan dengan melakukan hal yang dilarang. Allah SWT. 
berfirman: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu 
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa 
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak 
memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (Ali Imran: 97) 

Diantara ulama ada yang menyatakan, "Sesungguhnya manusia jika meninggal dunia 
sedangkan ia belum melaksanakan haji, maka diambil sebagian dari hartanya dan 
digunakan oleh orang lain yang melaksanakan haji atas namanya. Hal ini 
disebabkan ia telah melakukan kesalahan dalam masalah haji ini. Sedangkan haji 
adalah ibadah jasmani dan harta, sebagaimana hal ini juga dilakukan pada 
masalah zakat. Karena zakat merupakan hutang yang harus dibayar, dan Allah 
telah berfirman dalam pembagian warisan yang artinya:

"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. 
Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; 
dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua 
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, 
maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi 
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal 
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia 
diwarisi oleh ibu bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang 
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya memperoleh seperenam. 
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat 
atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, 
kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) 
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha 
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (An-Nisa': 11)

Di sini, Allah tidak membatasi maksud hutang di atas, apakah ia berhubungan 
dengan hak Allah atau hak hamba (manusia), karena ada hutang yang berhubungan 
dengan hak Allah dan ada juga yang berhubungan dengan hak manusia. Dan Nabi 
Muhammad SAW telah bersabda kepada seorang wanita yang bertanya kepada beliau 
tentang ibunya yang telah bernazar untuk melaksanakan haji, namun sebelum ia 
melaksanakan haji tersebut ternyata ia telah meninggal dunia, "Apakah saya 
wajib melaksanakan haji atas namanya?" Maka Nabi SAW menjawab, "Bagaimana 
menurutmu, jika seandainya ibumu memiliki hutang, apakah engkau akan 
membayarnya?" Wanita itu menjawab, "Ya, pasti aku akan membayarnya", maka Nabi 
berkata kembali, "Dan hak Allah lebih utama untuk dibayar". 

Oleh karena itu, sebagian ulama berkata, "Diambil sebagian dari warisan yang 
ditinggalkannya sebelum dibagikan sesuai dengan nafkah dan biaya yang 
diperlukan untuk melaksanakan haji atas namanya. Namun, sebagian ulama lain 
menyatakan, "Tidak dilakukan tindakan itu, kecuali jika ia meninggalkan wasiat, 
maka dikeluarkan sebagian harta itu disebabkan wasiat tersebut." Namun yang 
terpenting adalah, orang yang lebih utama untuk melaksanakan haji atas namanya 
jika ia sebelumnya tidak dapat melaksanakan haji adalah anak-anaknya, baik itu 
anak laki-laki ataupun perempuan. (Sumber: DR. Yusuf Al-Qardhawi, miatu sualin 
'anil hajj wal 'umrah)

http://www.al-kauny.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=377:mampu-pergi-haji-tapi-tidak-mau-berangkat

Apakah Haji harus Disegerakan atau Dapat Ditunda? 
Pertanyaan 3: 

Apakah hukumnya bagi orang yang telah memiliki kesiapan jasmani dan kemampuan 
dari segi materi (harta), namun ia tidak segera melaksanakan ibadah haji? 


Jawaban :

Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hal ini, apakah haji harus segera 
dilaksanakan begitu seseorang memiliki kemampuan atau boleh ditunda? Ulama yang 
menyatakan bahwa haji wajib dilakukan dengan segera bersandarkan kepada 
beberapa hadits, di antaranya.

"Bersegeralah dalam melaksanakan ibadah haji, karena setiap orang tidak 
mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya". 

Di dalam hadits lain dinyatakan, "Kadangkala yang sehat pun bisa menjadi sakit 
dan boleh jadi hewan yang akan ditungganginya akan hilang". Dengan kata lain 
bahwa setiap keadaan bisa saja berubah, yang sehat bisa menjadi sakit, yang 
muda akan menjadi tua, dan yang hidup bisa pula mati, sedangkan kematian datang 
tanpa disangka-sangka. Maka sepatutnyalah bagi manusia untuk membebaskan 
dirinya dari kewajiban yang dibebankan kepadanya serta melaksanakannya selagi 
ia mampu, sementara tidak ada rintangan yang menghalanginya, dan inilah 
pendapat yang pertama.

Sedangkan pendapat yang lain menyatakan bahwa hadits-hadits ini menunjukkan 
bahwa menyegerakan haji adalah sunnah (mustahab), Allah berfirman: "Oleh karena 
itu berlomba-lombalah kamu mengerjakan kebaikan." (Al-Baqarah: 148), dan Allah 
juga berfirman: "Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik 
untuk mendapat) ampunan dari Tuhan kamu." (Ali Imran: 133) Akan tetapi, tidak 
ada dalil yang menyatakan tentang kewajiban untuk menyegerakan haji. Buktinya 
Nabi Muhammad SAW tidak melaksanakan haji kecuali di akhir tahun dari 
kehidupannya, yaitu pada tahun kesepuluh hijrah, dan sebelumnya beliau tidak 
pernah haji bersama Abu Bakar atau dengan yang lainnya.

Sebelum tahun 10 hijrah, kota Mekkah belum ditaklukkan dan berangkat untuk 
melaksanakan haji belumlah memungkinkan walaupun sebenarnya ibadah haji telah 
diwajibkan pada tahun keenam hijriyah. Oleh karena itu, sebagian ulama 
berpendapat bahwa kewajiban/ke-fardhu-an haji dapat ditunda, walaupun demikian 
mereka menyatakan bahwa orang yang telah mampu untuk melaksanakan haji 
menanggung tanggung jawab. Maksudnya jika ia memiliki kesempatan dan kelapangan 
untuk melaksanakan haji kemudian ia menunda, tidak melaksanakan, atau 
bermalas-malasan untuk melaksanakannya kemudian setelah itu ia tidak mendapat 
kesempatan lagi (dulunya ia kaya kemudian ia menjadi miskin, atau dulu ia sehat 
dan akhirnya ia sakit) maka ia menanggung perbuatannya itu. Atau dengan kata 
lain ia mendapat dosa dari tindakannya itu. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya 
Al-Ihya' dalam bab haji menyatakan, "Sesungguhnya haji itu urusan yang paling 
sempurna dan penutup kehidupan/umur".

Di zaman dahulu, orang mengakhiri perjalanan hidupnya dengan melaksanakan haji. 
Saat sekarang ini, kita bisa mendapati musim-musim haji dan umrah dipenuhi 
dengan rombongan pemuda. Kebanyakan jamaah haji dan umrah di bulan Ramadhan 
adalah para pemuda. Segala puji bagi Allah, ini merupakan bukti/pertanda yang 
baik bagi umat Islam.

Menurut pendapat saya, menyegerakan ibadah haji adalah lebih baik karena 
seseorang tidak bisa menjamin kesehatan dan kehidupannya. Begitu juga dengan 
rintangan-rintangan yang bisa menghalanginya. Seyogyanyalah ia berlomba dalam 
kebaikan, menyegerakan pelaksanaan ibadah haji, menuntaskan tanggung jawab yang 
diembannya, dan selanjutnya ia bisa beristirahat. (Sumber: DR. Yusuf 
Al-Qaradhawi, mi'atu sualin 'anil hajj wal 'umrah)

http://www.al-kauny.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=376:apakah-haji-harus-disegerakan-atau-dapat-ditunda?

Kewajiban Ibadah Haji 
Pertanyaan 2:

  a.. Mengapa Allah hanya mewajibkan ibadah haji sekali seumur hidup bagi orang 
yang telah mampu untuk melaksanakannya? 
  b.. Dan apakah yang dimaksud dengan "Kemampuan untuk melakukan perjalanan 
haji" (Istitha'ah)? 
Jawaban : 

Haji adalah ibadah yang sangat istimewa. Hal ini disebabkan karena ibadah haji 
adalah ibadah badan (fisik) dan harta. Shalat dan puasa merupakan ibadah fisik, 
sedangkan zakat merupakan ibadah harta. Ibadah haji merupakan ritual keagamaan 
yang menggabungkan antara ibadah badan (fisik) dan harta. Seseorang ketika 
melaksanakan ibadah haji, ia menggunakan badan dan hartanya. Oleh karena itu, 
kita melihat bahwa ibadah haji adalah kewajiban yang dikaitkan Allah dengan 
kemampuan hamba-Nya dalam melakukan perjalanan. Allah berfirman: "Di situ ada 
tanda-tanda keterangan yang nyata (yang menunjukkan kemuliaannya; di antaranya 
ialah) Maqam Nabi Ibrahim. Dan siapa yang masuk ke dalamnya aman tenteramlah 
dia. Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji dengan mengunjungi 
Baitullah yaitu siapa yang mampu sampai kepadanya. Dan siapa yang kufur (ingkar 
akan kewajiban ibadah haji itu), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak butuh 
apapun) dari sekalian makhluk." (Surah Ali Imran: 97 )

Nabi Muhammad SAW ketika menyebutkan rukun Islam yang lima, beliau menyatakan, 
"Dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu". Karena setiap 
manusia mungkin mampu untuk melaksanakan shalat dan puasa, namun tidak setiap 
orang mampu untuk pergi ke Tanah Suci. Oleh karena itu, sebagai tanda kasih 
sayang Allah kepada kita, Dia menjadikan ibadah haji hanya diwajibkan sekali 
seumur hidup karena Allah SWT tidak ingin memberatkan manusia dan tidak 
menghendaki hamba-Nya berada di dalam kesulitan. Allah hanya menginginkan 
kemudahan dan bukan kesulitan. Allah tidak menyandarkan agama ini kepada 
perkara-perkara yang menyusahkan.

Pembebanan hukum (taklif) di dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan manusia 
itu sendiri. Allah berfirman: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai 
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya 
dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya 
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya 
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana 
Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah 
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah 
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka 
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Surah Al-Baqarah: 286 ) 

Karena itu, ketika Nabi SAW menyatakan kepada para sahabatnya, "Sesungguhnya 
Allah telah mewajibkan kepada kalian ibadah haji, maka berhajilah", Lalu di 
antara sahabat ada yang bertanya, "Apakah pada setiap tahun, wahai 
Rasulullah?", Rasul diam. Ia kembali mengulangi pertanyaannya, namun Rasul SAW 
tetap diam, sehingga akhirnya Rasul bersabda, "Kalaulah aku jawab "Ya", maka 
ibadah haji diwajibkan kepada kalian setiap tahun dan kalian pasti tidak dapat 
untuk memenuhinya". 

Karena manusia tidak mampu untuk melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya, maka 
Allah menghendaki kewajiban itu dilaksanakan sekali seumur hidup, ini merupakan 
keringanan dan rahmat dari-Nya.

Jadi, Allah tidak mewajibkan haji kecuali bagi orang yang mampu untuk 
melakukannya.

Sedangkan maksud dari kata "Kemampuan untuk melakukan perjalanan haji 
(Istitha'ah)" sebagaimana yang dinyatakan oleh beberapa hadits adalah memiliki 
bekal/harta dan kendaraan. 

Bekal perjalanan dan kendaraan yang dikendarainya menurut bahasa modern pada 
saat sekarang ini adalah memiliki nafkah dan bekal untuk melakukan perjalanan 
ke Baitullah Al-Haram, nafkah untuk tinggal dan bermukim di sana sesuai dengan 
yang diperlukan. Bekal di sini tergantung kepada keadaan dan kemampuan 
masing-masing individu. 

Selain itu, ada syarat-syarat lain seperti kesehatan tubuh, dan terhindar dari 
sesuatu yang menghalangi perjalanannya. Dengan kata lain, jalan yang 
ditempuhnya aman dan tidak membahayakan keselamatan. Wabillaahi taufik. 

. 

http://www.al-kauny.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=373:kewajiban-ibadah-haji

Hukum Haji 
Pertanyaan 1 : 



Apakah hukum ibadah haji bagi kaum muslim dan muslimat? 




Jawaban : 

Ibadah haji adalah suatu ibadah yang diwajibkan oleh Allah. Ia merupakan salah 
satu ibadah fardhu yang paling suci dan mulia, dan merupakan ritual keagamaan 
yang paling besar serta ibadah yang paling berbeda jika dibandingkan dengan 
empat ibadah fardhu lainnya, juga merupakan salah satu rukun utama di antara 
rukun Islam yang lima. 



Adapun dalil yang menyatakan ke-fardhu-annya adalah Al Qur'an dan hadits-hadits 
mutawatir yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, yang mana dalil-dalil ini 
telah diterima kebenarannya oleh seluruh umat manusia dari satu generasi ke 
generasi lainnya sehingga sampai pada saat sekarang ini. Sebagaimana 
ke-fardhu-annya juga diakui oleh ijma' ulama yang diyakini oleh seluruh mazhab 
umat Islam. 


Tentang ke-fardhu-an haji itu cukuplah kita mengambil sebuah firman Allah : "Di 
situ ada tanda-tanda keterangan yang nyata (yang menunjukkan kemuliaannya; di 
antaranya ialah) Maqam Nabi Ibrahim. Dan siapa yang masuk ke dalamnya aman 
tenteramlah dia. Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji dengan 
mengunjungi Baitullah yaitu siapa yang mampu sampai kepadanya. Dan siapa yang 
kufur (mengingkari KEWAJIBAN ibadah haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya 
(tidak butuh apapun) dari sekalian makhluk. ( Ali Imran: 97 ). 


Dalam ayat ini Allah meletakkan kata "wa man kafara" (dan barangsiapa yang 
kafir/ingkar) pada posisi kata orang yang tidak melaksanakan haji atau menolak 
kewajibannya atau lain sebagainya. Sedangkan hadits Rasul cukuplah kita 
mengambil sebuah hadits masyhur yaitu hadits yang diriwayatkan daripada Ibnu 
Umar yang menyatakan, "Islam didirikan atas lima perkara." dan di dalam hadits 
itu dinyatakan, "Dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu." ( 
HR. Muttafaq 'alaih ).


Dan telah sampai kepada kita secara mutawatir dari Rasulullah SAW tentang 
manasik haji dan tatacara peribadatannya. Begitu juga ijma' ulama kaum 
muslimin- dari seluruh mazhab dari zaman ke zaman menyatakan tentang 
ke-fardhu-an/kewajiban melaksanakan haji. Sampai saat sekarang kami belum 
mendapatkan seorang ulama pun yang menolak kewajibannya. Sehingga kefardhuan 
dan kewajiban haji sudah dianggap suatu ibadah agama yang harus dan layak 
diketahui oleh seluruh umat Islam sebagaimana yang dinyatakan oleh ulama-ulama 
terdahulu. 


Ibadah haji adalah ritual keagamaan yang diwajibkan bagi setiap muslim dan 
muslimat, baik bagi orang Arab maupun bukan Arab, orang timur ataupun barat, 
laki-laki ataupun perempuan, ketika ia mampu untuk melaksanakannya. Namun yang 
menjadikan pertentangan di antara ulama adalah "Apakah kewajiban melaksanakan 
haji ini dalam kadar segera mungkin atau boleh saja ditunda?" 


Ibadah haji merupakan syiar agama yang diwajibkan hanya sekali seumur hidup, 
maka jika shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan setiap hari, shalat 
Jum'at merupakan ibadah yang harus dilakukan setiap minggu (bagi laki-laki), 
dan puasa Ramadhan adalah syiar agama yang harus dilakukan setiap tahun begitu 
juga dengan zakat harta yang diserahkan setahun sekali, maka ibadah haji adalah 
ibadah yang hanya diwajibkan sekali seumur hidup. Bagi muslim yang mampu hanya 
diwajibkan melaksanakannya sekali saja sehingga terbebaslah kewajiban itu 
darinya. Tuhan juga telah ridha dengan perbuatannya, dan hanya Dialah pemberi 
taufik. 


Sumber : 100 Tanya Jawab Tentang Haji dan Umrah, karya Prof Dr Yusuf 
Al-Qaradhawi



http://www.al-kauny.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=364:haji 
 
http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg08377.html

Sifat Dan Gerakan Sholat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Shalat merupakan rukun islam yang kedua. Jadi, bagi siapapun yang hidup di dunia ini yang mau dirinya di sebut dengan sebutan orang islam dan mukmin sejati maka harus melakukan shalat yang telah di tetapkan oleh syari`at sebagaimana firman-Nya dalam al- qur`an: واقيموالصلاة......
Apakah shalat kita semua sudah benar sesuai dengan syarat- suart dan rukunnya?
Apakah kita semua sudah mengetahui shalat yang sesuai dengan syari`at? Yaitu shalat yang sesuai dengan apa yang pernah di lakukan oleh nabi besar Muhammad saw.
Sehingga pada kesempatan kali Ini pemakalah tertarik kuntuk membahas sifat- sifat shalat yang telah dilakukan oleh rasululah saw. Sehimngga kita semua dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari kita. Dan tidak Cuma taklid buta.
Sehingga diharapkan setelah membaca makalah ini diharapkan bagi semua ntuk dapat memahami, secara jelas dan rinci tata shalat sesuai tuntunan rasulullah saw. Sekaligus kita nmengetahui tata cara shalat yang menyimpang dari tuntunan rasulullah saw.
Marilah kita ikuti tata cara shalat sesuai tuntunan rasululah saw dan kita tinggalkan tata shalat yang menyimpang dari tuntutannya.
1.2.Batasan Masalah
Sehingga pada makalah ini di ambil batasan sebagai berikut :
1. apa sajakah macam – macam sifat dan gerakan shalat ?
2. Bagaimanakah Dalil dan Pengertian yang ada dalam setiap sifat dan gerakan shalat ?
1.3.Tujuan Dan Manfaat
1. Kita dapat mengetahui sifat – sifat shalat yang dilakukan oleh nabi.
2. Kita dapat mengaplikasikannya dalam shalat kita sehari – hari.
3. Dapat menjadikan shalat sebagai amal ibadah yang paling penting dari segala amal yang lain
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Macam – Macam Sifat Dan Gerakan Shalat
Macam – Macam Sifat Dan Gerakan Shalat Diantaranya Adalah
1. Takbir
2. Menagangkat kedua tangan
3. Bersedekap di dada
4. Memandang tempat sujud dan khusyu`.
5. Doa-doa iftitah.
6. Membaca ta`awudz.
7. Membaca al-fatihah.
8. Al-fatihah sebagai rukun dan keutamaannya.
9. Bacaan makmum
10. Imam membaca amin dengan keras.
11. Bacaan setelah al- fatihah.
12. Membaca al fatihah dan surah dengan suara keras atau lirih.
13. Bacaan – bacaan nabi dalam shalat.
14. Membaca dengan tartil dan suara bagus.
15. Membetulkan bacaan imam
16. Membaca ta`awudz dan meludah ketika shalat untuk menghilangkan keraguan
17. Ruku`.
18. Berdiri i`tidal dan do`anya.
19. Sujud
20. Kewajiban membaca al fatihah pada setiap rakaat
21. Tasyahud awal
22. Shalawat nabi ,tempat dan lafadhnya
23. Bangkit kerakaat ketiga dan keempat
24. Membaca qunut nazilah pada shalat lima waktu
25. Membaca qunut wititr
26. Tasyahud akhir dan kewajiban membacanya
27. Do`a sebelum salam dan macam-maam lafadhnya.
28. Mengucapkan salam.
2.2. Dalil dan Pengertian Yang Ada Dalam Setiap Sifat dan Gerakan Shalat.
1. Takbir
Nabi saw selalu memulai shalatnya dengan mengucapkan Allahu akbar. Dalam hal ini muslim dan ibnu majah berpendapat bahwa ketika mulai shalat tidak perlu mengucapkan “nawaitu an ushalli……”, seperti yang di ucapkan banyak orang. Hal ini telah di sepakati bid`ah. Tetapi mereka berselisih apakah bid`ah baik atau bid`ah buruk?
Menurut kami, setiap bid`ah dalam urusan ibadah tersesat, berdasarkan sabda nabi saw(“setiap bid`ah dalam urusan ibadah dan setiap yang sesat neraka tempatnya ” ).
Dalam shalat ,nabi pun bertakbir dengan bacaan dan suara keras. beliau bertakbir dengan suara keras sehingga terdengar oleh orang-orang di balakangnya. ketika nabi sakit abu bakarlah yang membantu nabi untuk mengucapkan takbir dengan suara keras. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh mslim dan nasa`i.
2. Mengangkat Kedua Tangan
Terkadang nabi mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbir, terkadang sesudah di ucapkan, dan terkadang sebelum ucapan takbir. Adapun cara mengangkat kedua tangan adalah dengan membuka jari-jari lurus keatas tidak merenggangkannya atau pula menggenggamnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud,ibnu khuzaimah, tamam,dan hakim yang disahkan oleh hakim dan disetujui adzahabi.yaitu:
كانا يرفعهماممدودة الا صابع(لايفرج بينهاولا يضمها)
Dan mengangkatnya sejajar bahu tetapi terkadang sejajar daun telinga.
3. Bersedekap Di Dada
Nabi meletakkan tangan kanan dia atas tangan kirinya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dan abu daud
كانا صلى الله عليه وسلم يضع يده اليمنى على اليسرى
secara terperinci nabi pun menjelaskan bahwa nabi meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak pergelangan dan lengan bawah kirinya. TetapI beliau terkadang menggenggamkan jari jari tangan kanannya pada lengan bawah kirinya. Dan beliau melarang ikhtishar dalam shalat yaitu meletakkan batu tangan di atas pinggang atau kedua tangan diatas kedua pinggang (berkacak pinggang dalam shalat). Karena hal ini seperti salib yang merupakan hal terlarang.
4. Memandang Tempat Sujud Dan Khusyu`.
Nabi isa menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke bumi. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh baihaqi dan hakim. Namun yang sesuai dengan sunnah adalah pandangan mata menengadah ke tempat sujud.oleh karena itu, memejamkan mata oleh sebagian orang ketika shalat adalah perbuatan yang tidak benar.
Hal – hal yang dilarang yang berhubungan dengan pandangan seseorang dalam shalat adalah:
a) Pandangan orang yang menengadah ke langit. Sebagaimana hadits
b) Menoleh baik kekanan atau kekiri. karena pada waktu shalat allah mengahadapkan wajah -Nya ke wajah hamba-Nya . sebagaimana
فادا صليتم تلتفتوا فان الله ينصب وجهه لوجه عبده فى صلا ته ما لم يلتفت
Karena menoleh adalah sambaran setan terhadap orang yang sedang shalat supaya tidak khusyu`.
c) Sujud seperti ayam mematuk makanan.
d) Duduk seperti iq`anya anjing.
e) Memakai pakaian yang bergambar
f) Menahan kencing dan berak.
g) Doa-doa iftitah.
h) Do`a – doa iftitah yang dibaca oleh nabi bermacam-macam. dalam do`a tersebut nabi mengucapkan pujian, sanjungan dan kalimat keagungan untuk allah.
i) Membaca ta`awudz.
Nabi biasa membaca ta`awudz yang berbunyi:
اعود بالله من الشيطا ن الرجيم من همزه ونفخه ونفثه
Terkadang beliau menambahkan bacaan tersebut dengan kalimat
اعود بالله السميع العليم من الشيطا ن ................
j) Membaca Al-Fatihah.
Nabi membaca al-fatihah dengan berhenti di setiap ayat, tidak menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya . kadang beliau membaca bacaanمالك يوم الدين
dengan mamanjangkan bacaan maa.
k) Al-Fatihah sebagai rukun dan keutamaannya.
Surat ini dipandang agung, barang siapa yang tidak membacanya dalam shalat maka shalatnya bunting alias tidak sempurna bahkan shalat seorang tadi tidak sah. Adapun bagi orang yang tidak mengahafalnya beliau menganjurkan untuk membaca ayat alqur`an yang ia hafal yang ayatnya sama dengan surat al fatihah atau dengan membaca “subhanallah wal hamdiliilah walailahaillallahwallahu akbar wala haula wala quwwata illa billah”.
l) Bacaan Makmum
Bacaan makmum dalam shalat harus memenuhi aturan yeng sesuai, diantaranya:
1. Bila imam membaca dengan keras ,maka makmum tidak membaca.
2. Diamnya makmum untuk mendengarkan merupakan kesempurnaan bermakmum.
3. Wajib membaca al-fatihah dalam shalat sir (membaca tanpa suara) dan hal ini tidak boleh mengganggu orang lain. yaitu pada shalat dhuhur dan ashar. yaitu makmum wajib membaca al- fatihah dan surat sendiri. dan hanya membaca al- fatihah pada rakaat ketiga dan keempat.
m) Imam membaca amin dengan keras.
Membaca amin di belakang imam adalah dengan suara keras bersamaan dengan imam. Mamkum tidak boleh mendahului aminnya imam sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian besar kaum muslimin saat ini. setelah selesai membaca al- fatihah dalam shalat, beliau mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan dawud dengan sanad yang sahaih. Beliaupun menyuruh makmum untuk mengikutinya segera.
n) Bacaan Setelah Al- Fatihah
Nabi membaca surat lain setelah membaca al- fatihah. terkadang beliau membaca surah panjang dan terkadang membaca surah pendak ketika berhalangan, bepergian atau karena sakit batuk atau sakit lain atau karena ada bayi menangis.
Sifat – sifat nabi dalam membaca surat:
1. Membagi satu surah untuk dua rakaat.
2. Satu surat di baca dalam rakaat pertama dan kedua.
3. Dua surat atau lebih untuk satu rakaat.
4. Setiap sebelum membaca surah lain nabi memulai dengan membaca surah al ikhlas .
5. Terkadang beliau membaca beberapa surah panjang dari tujuh surah terpanjang dalam satu rakaat ketika shalat lail.
6. Nabi membaca surat yang berimbang jumlah ayatnya dalam satu rakaat. Yaitu beliau menggandengkan bacaan an- nadhair (surah-surah al-qur`an yang mempunyai kesesuaian makna dalam hal nasihat hikmah atau kisah) dari al – mufashal dalam satu rakaat (surah-surah al-qur`an mulai surah qaaf hingga akhir al—qur`an).
7. Dalam shalat dhuhur pada du`a rakaat pertama beliau membaca fatihah dan dua surah . rakaat pertama surah yang panjang dan rakaat yang kedua lebih pendek.
o) Membaca al fatihah dan surah dengan suara keras atau lirih.
Tempat untuk membaca surat dengan suara lirih dan keras baik di shalat wajib atau sunnah yang dilakukan oleh nabi saw. Para sahabat mengetahui nabi membaca al- fatihah dan surat dengan bacaan lirih atau keras dilihat dari gerak jenggotnya, tetapi beliau terkadang memperdengarkan bacaanya kepada mereka. Yaitu:
Bacaan keras dalam Shalat wajib dan sunnah:
1. Shalat shubuh.
2. Dua rakaat pertama shalat maghrib dan isya`.
3. Shalat jum`at.
4. Shalat dua hari raya.
5. Shalat istisqa`(shalat meminta hujan)
6. Shalat gerhana
Bacaan lirih dalam shalat wajib dan shalat sunnah:
1. Dalam sholat lail nabi membaca dengan suara lirih atau dengan suara keras.
2. Dalam shalat ashar
3. Dalam shalat dhuhur.
4. Dalam shalat maghrib pada rakaat ketiga
5. Dalam shalat isya` pada dua rakaat terakhir.
p) Bacaan – bacaan nabi dalam shalat.
Surat atau yang dibaca oleh nabi ketika shalat berbeda antara shalat wajib dengan shalat yang lain. Berikut ini uraiannya secara terperinci:
1. Shalat shubuh. Kadang nabi membaca thiwaal dan mufashshal, terkadang nabi membaca al waqiah. Pada rakaat pertama dan kedua atau surah – surah lain yang sepadan dengannya. Pernah pula dalam berpergian beliau membaca surat al- falaq dan surat an-nash.
2. Shalat dhuhur dan ashar pada rakaat ketiga dan keempat, beliau membaca ayat atau surat lebih pendek dari pada ayat atau surah pada rakaat pertama dan kedua. Dan terkadang hanya membaca al - fatihah.
3. Shalat ashar. Rakaat pertama setelah membaca surat al – fatihah, beliau membaca dua surat. Rakaat pertama dengan surah yang panjang dan rakaat kedua dengan surat yang lebih pendek. Para sahabat mengira beliau menginginkan agar orang – orang dapat mengejar rakaat pertama beliau.
4. Shalat maghrib. Beliau kadang – kadang membaca surat – surat pendek sehingga bila para sahabat shalat bersama beliau mereka masih dapat melihat bekas – bekas tancapan anak panah (sebagai tanda hari masih sore) setelah keluar dari masjid dan pulang kerumahnya.
5. Shalat isya` pada rakaat pertama dan kedua, beliau membaca surah – surah sedang terkadang beliau membaca surat as - syams atau yang sama panjangnya. semisal al- insyiqaq, dan mambaca sujud tilawah dalam membaca surat ini. Dan beliau melarang untuk membaca surat yang panjang yaitu terjadi kasus mu`adz menjadi imam pada kaumnya.
6. Shalat lail. Terkadang beliau mengeraskan suaranya dan kadang melirihkannya. Terkadang beliau membaca surah pendek dan terkadang membaca surah pendek. Bahkan beliau juga pernah membaca surat yang sangat panjang.
7. Shalat dua hari raya. Beliau membaca surah al- a`ala pada rakaat pertama dan surah al - ghasiyah pada rakaat yang kedua.
8. Shalat jenazah. Menurut sunnah pada shalat jenazah di baca satu surah dengan tidak bersuara setelah surat al - fatihah. pada takbir pertama.
q) Membaca dengan tartil dan suara bagus.
Nabi membaca al- quran dengan tartil tidak lambat tetapi juga tidak cepat. Sebagaimana diperintahkan oleh allah dan beliau juga mambaca satu persatu kalimat sehingga satu surah di baca lebih lama dari pada kalau di baca biasa tanpa dilagukan.
r) Membetulkan bacaan imam
Nabi memerintahkan membetulkan bacaan imam bila imam keliru dalam membaca.
s) Membaca ta`awudz dan meludah ketika shalat untuk menghilangkan keraguan
Di dalam hadits disebutkan bahwa utsman bin abu ash berkata kepada nabi bahwa dalam shalat nya ada setan yang telah menggangunya, ketika ia membaca bacaan dalam shalat .sehingga, bacaanya menjadi kacau. Rasulullah pun bersabda bahwa setan itu bernama khinzib, jika kamu merasakan gangguannya di dalam shalat. maka bacalah taawudz dan meludahlah ke sebelah kiri tiga kali. Kemudian ia pun mlelakukannya dan allah pun menghilangkan keraguan didalam dirinya.
17.ruku`.
Setelah membaca al qur`an lalu rasulullah berhenti sejenak kemudian beliau mengangkat tangan kanan dan kirinya lalu beliau mengucapkan allahu akbar. Lalu ruku`.
Cara ruku` adalah:
1.nabi meletakkan telapak tangannya pada kedua lututnya. Beliau pun merenggangkan jari- jarinya. Dan beliau tenang sampai ruas belakangnya mantap di tempatnya.
2.wajib tenang dalam ruku`.
Beliau pernah bersabda dalam haditsnya beliau pernah melihat seseorang yang ruku` dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu bersabda kalau orang ini mati dalam keadaan seperti itu. maka, ia mati di luar agama Muhammad, yaitu orang yang sujud dan rukuk nya cepat seperti orang kelaparan memakan sebiji atau dua biji kurma yang tidak mengenyangkannya.
Beliau juga pernah bersabda: pencuri yang paling jahat yaitu orang yang melakukan pencurian dalam shalatnya . para sahabat pun bertanya : wahai rasulullah bagaimana yang dikatakan mencuri dalam shalat itu ? sabdanya : yaitu tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
18.Berdiri i`tidal dan do`anya.
Nabi bangkit dari ruku` sambil mengucapkan(سمع الله لمن حمده )
Ketika i`tidal beliau berdiri lurus sampai setiap ruas tulang belakangnya kembali pada tempatnya kemudian sambil berdiri mengucapkanربنا (و)لك الحمد :
Nabi beri`tidal selama hampir sama dengan saat ruku`. Nabi pun menyuruh tuma`ninah ketika i`tidal.
19. Sujud
nabi menyuruh takbir ketika turun untuk sujud. beliau mengucapkan takbir dan merenggangkan tangannya dari lambungnya kemudian sujud.
Cara – cara sujud:
1. turun sujud mendahulukandua tangan sebelum melatakan kedua lututnya.dan kita dilarang turun sebagaiman turunnya unta tetapi hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut. Serta merapatkan jari – jari.dan menghadapkannya kea rah kiblat.
2. meletekkan wajah ke tanah dan meletakkan pula kedua tangan dan mengangkat pula kedua nya.
3. Dan beliau melatakkan sejajar dengan kedua bahunya.
4. Neliau menekankan kedua hidung dan dahinya ke tanah.
5. Menekan kedua lutut dan bagian depan kedua telapak kaki ke tanah serta meng hadapkan punggung kedua kakinya dan ujung – ujung jari kaki ke kiblatl. Serta merapatkan kedua telapak kakinya.
6. Wajib tuma`ninah.
7. duduk istirahat
8. Bertumpu pada tangan pada saat bangkit kerakaat berikutnya.
Inilah tujuh anggot badan yang dipergunakan oleh nabi untuk bersujud yaitu dua telapak tangan, dua lutut, dua telapak kaki, kening, dan hidung. Dua anggota badan terakhir di anggap satu dalam melakukan sujud. Yaitu kaning dan hidung. Dan nabi menyuruh ruku ` dan sujud dengan sempurna dan tuma`ninah dan mengimpamalkan orang yang tidak mlakukan ini sebagaiman orang yang sedang kelaparan ia nakan sebutir atau dua butir kurmayang sedilitpun tidak mengenyangkan.
Beliau menyatakann bahwa orang yang sujud dan rukuk yang tidak meluruskan tulang belakangnya shalatnya batal.
20.Kewajiban membaca al fatihah pada setiap rakaat
Nabi memerintahkan untuk membaca surat al- fatihah, pada setiap rakaat dalam shalatnya.
21.Tasyahud awal
1. Duduk tasyahud
Nabi duduk tasyahud setelah rakaat kedua, bila shalat yang dilakukanya hanya shalat yang dua rakaat, seperti shalat shubuh beliau duduk iftirasyh (duduk diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dan telapak kaki kananya ditegakkan). yaitu ketika seperti duduk diantara dua sujud. Begitulah cara duduk tasyahud awal dalam shalat tiga rakaat atau empat rakaat.
2. menggerakkan jari telunjuk.
Ketika beliau mengacungkan jari telunjuknya ibu jarinya memegang jari tengah. Terkadang ibu jari dan jari tengahnya membuat bulatan (saedang telunjukknya tetap dibulatkan)
3.kewajiban duduk tasyahud awal dan membaca do`a
Nabi membaca tahiyyat pada setiap dua rakaat. Dan jika beliau lupa dalam membaca tahiyyat maka beliau melakukan sujud sahwi.
22. Shalawat nabi ,tempat dan lafadhnya
Nabi membaca shalawat untuk dirinya pada tasyahud awal dan lainnya.
Manfaat penting shalawat nabi:
1. bahwa lafadh- lafadh shalawat nabi pada umumnya menyebut nama ibrahim di sertai menyebut keluarganya, hanya saja ada yng menyebutkan ………….. sebagaimana engkau memberi rahmat kepada keluarga Ibrahim. Hal ini disebabkan karena kata keluarga dalam bahasa arab sudah mencakup yang bersangkutan dan orang – orang yang terkait dengan dirinya . dan menurut ibnu abbas nabi muhammad adalah salah seorang anggota keluarga nabi Ibrahim termasuk kedalamnya begitu juga mereka yang jadi nabi, namun, sesungguhnya masuknya nabi muhammad ke dalam kategori keluarganya adalah lebih utama.
2. berbagai macam bentuk shalawat adalah untuk keluarga nabi para istri dan keturunan beliau.dan idak mengikuti sunnah nabi oarng yang membaca shalawat. hanya dengan mengucapkan
اللهم صلى على محمد
3.tidak ada kata sayyid sebalum kata muhamada dan brahim. Dan ini tidak ada tuntutan untuk membacanya. Imam ibnu hajar pernah ditanya oleh orang tentang bacaan tersebut, beliau pun menjawab untuk mmbaca shalawat sesuai dengan perintah al-hadits janganlah ada orang yang sampai mengatakan bahwa nabi tidak mengatakannya karena sikap rendah hati saja .
Namun, imam syafi`I berpendapat baik orang yang mengucapkannya atau tidak ada orang yang mengucapkannya beliau tetap mendapat rahmat. Nabi pun senang berdoa dengan menggunakan kata – kata yang pendek tapi isinya sangat luas.
4. bahwa bentuk shalawat yang baik adalah sebagaimana nomor satu dan nomor empat yang pernah diajarkan oleh rasulullah kepada sahabatnya. Dengan alasan bahwa nabi shalat semacam itulah yang terbaik dan nabi juga tidak lagi memberikan tambahan yang lain kepada mereka.
5.menggabungkan berbagai macam bentuk shalawat menjadi satu adalah hal yang tidak benar.
23. Bangkit kerakaat ketiga dan keempat
Nabi bangkit kerakaat ketiga seraya mengucapkan takbir. Beliau duduk tegak di atas kaki kirinya sampai ruas tulang belakangnya mapan ditempatnya kemudian beliau bangkit yang bertumpu dengan tanganya.
24. Membaca qunut nazilah pada shalat lima waktu
Nabi membaca qunut pada setiap shalat wajib. Tetapi, hanya beliau lakukan bila untuk memohon kebaikan atau malapetaka untuk suatu kaum. Yaitu berada pada rakaat terakhir setelah bangkit dari ruku` yaitu setelah mengucapkan do`a “samiallahuliman hamidah..., allahumma rabbana walaakal hamdu”. seraya mengangkat kedua tangannya dan diaminkan oleh para makmumnya.
25. Membaca qunut witir
Nabi terkadang membaca qunut dalam shalat witir. Beliau melakukannya sebelum ruku`.
26. Tasyahud akhir dan kewajiban membacanya
Setelah rakaat keempat nabi duduk tasyahud akhir, dalam tasyahud ini pun beliau menyuruh untuk duduk seperti dalam bacaan tasyahud awal. Tetapi bedanya pada tasyahud akhir ini beliau duduk tawaruk yaitu pantat kiri beliau menempel ke tanah, kaki kiri dan kanan berada pada satu sisi, yaitu sisi kanan dan menjadikan kaki kirinya berasa dibawah paha dan betis kaki kananya serta menegakkan telapak kaki kananya. Namun, kadang menghamparkannya. Beliau menangkupkan telapak tangan kiri pada lutut kirinya sambil bertumpu padanya.
27. Do`a sebelum salam dan macam-macam lafadhnya.
Dalam melakukan shalat nabi menyuruh mengucapkan berbagai do`a, terkadang membaca do`a ini dan terkadang membaca doa yang lain serta beliau membenarkan bacaan do`a – do`a yang lain . beliau menyuruh orang melakukan shalat untuk membaca do`a sesuai dengan keinginannya.
28.Mengucapkan salam
Nabi mengucapkan salam dengan berpaling kearah kanan, seraya mengucapkan “asalamualaikum wa rahmatullah”, sehingga terlihat pipi kanannya yang putih dan berpaling kekiri seraya mengucapkan “assalamualaikunm warahmatullah” sehingga terlihat pipi kirinya yang putih. nabi melarang untuk tidak menggerakkan tangan kanan ketika menoleh kekanan dan menggerakkan tangan kiri ke kiri ketika menoleh kekiri karena hal ini seperti gerakan ekor kuda yang lari terbirit – birit di kejar binatang buas. mengakhiri shalat dengan salam adalah kewajiban.
Demikian tadi dari beberapa sifat - sifat shalat yang pemakalah dapat presentasikan pada kesmpatan kali ini.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Macam – macam sifat dan gerakan shalat diantaranya yaitu:
1.takbir
2.menagangkat kedua tangan
3.bersedekap di dada
4.memandang tempat sujud dan khusyu`.
5.doa-doa iftitah.
6.membaca ta`awudz.
7.membaca al-fatihah.
8.al-fatihah sebagai rukun dan keutamaannya.
9.bacaan makmum
10.imam membaca amin dengan keras.
11.bacaan setelah al- fatihah.
12.membaca al fatihah dan surah dengan suara keras atau lirih.
13.bacaan – bacaan nabi dalam shalat.
14.membaca dengan tartil dan suara bagus.
15.Membetulkan bacaan imam
16.membaca ta`awudz dan meludah ketika shalat untuk menghilangkan keraguan
17.ruku`.
18.Berdiri i`tidal dan do`anya.
19.Sujud
20.Kewajiban membaca al fatihah pada setiap rakaat
21.Tasyahud awal
22.Shalawat nabi ,tempat dan lafadhnya
23.Bangkit kerakaat ketiga dan keempat
24.Membaca qunut nazilah pada shalat lima waktu
25.Membaca qunut wititr
26.Tasyahud akhir dan kewajiban membacanya
27.Do`a sebelum salam dan macam-maam lafadhnya.
28.Mengucapkan salam.
3.2.Kritik dan saran
Dalam makalah ini pasti terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dan tak mungkin pemakalah sebutkan semua kesalahan dan kekurangan tersebut, maka dari itu, pemakalah mohon kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nashiruddin muhammad al albani, sifat shalat nabi, maktabah al- ma-arif . Riyadh 2000. 
http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/sifat-dan-gerakan-sholat.html